Thursday, February 14, 2013

Banyak Pilihan Beasiswa di Taiwan


OLEH KHAIRUL RIJAL DJAKFAR, Ketua Majelis Wali Mahasiswa Aceh di Taiwan, melaporkan dari Taiwan

TAIWAN tumbuh dan berkembang sebagai negara maju dipengaruhi oleh sinergi yang mengagumkan antara pemerintah, pengusaha, dan dunia pendidikan. 

Pendidikan justru menjadi elemen dasar dalam kemajuan negara ini. Setiap kebijakan pemerintah dan strategi bisnis Taiwan berasal dari kajian dan riset para akademisi. Bahkan, banyak dosen menjadi pejabat dalam pemerintahan atau menjadi pengusaha besar sesuai dengan kepakarannya masing-masing. 

Hal ini membuktikan bahwa Taiwan berhasil dari sisi teori dan praktik, baik dalam pemerintahan maupun dunia bisnis, karena didukung oleh pendidikan. Sebagai contoh, seorang profesor di kampus perikanan adalah juga pengusaha besar dalam bisni perikanan.             

Sebagai negara kaya modal yang luasnya hanya 2/3 Aceh, jumlah kampus baik negeri maupun swasta di Taiwan saat ini hampir 200 universitas. Tapi diisi hanya 1,4 juta oleh mahasiswa lokal. Selebihnya mahasiswa dari berbagai negara. Akibat rasio tak normal tersebut dan karena alasan politis, maka Taiwan menawarkan berbagai macam beasiswa kepada mahasiswa asing. 

Beasiswa tersebut bisa berupa pelatihan bahasa Mandarin, proyek riset, bahkan kelas internasional S1 sampai S3 dalam bahasa Inggris.  Beberapa program studi unggulan Taiwan terbuka untuk mahasiswa asing. Di antaranya ilmu komputer/semikonduktor, teknik, pertanian, perikanan, kesehatan, dan bisnis/keuangan.

Beasiswa yang paling difavoritkan di sini adalah Beasiswa Pemerintah Taiwan (Taiwan Scholarship). Untuk S2 dan S3 mendapat uang saku NT$20,000 atau Rp 6.600.000 per bulan (NT$1 = Rp 330) dan biaya kuliah NT$40,000 per semester. Beasiswa ini dibuka setiap periode 1 Februari-31 Maret tiap tahunnya (www.teto.or.id). 

Beasiswa lainnya adalah ICDF Scholarship. Selain mendapat uang saku NT$15,000 (S2) dan NT$17,000 (S3) per bulan, mahasiswa yang lulus juga mendapat fasilitas tiket pesawat terbang (pp), asrama, biaya kuliah, asuransi, dan biaya buku. Periode pendaftaran beasiswa ini (4 Januari-15 Maret) setiap tahun (www.icdf.org.tw). 

Selain itu, setiap kampus juga menawarkan beasiswa tersendiri. Misalnya tipe A, yaitu beasiswa penuh (uang saku mulai NT$6,000-10,000 per bulan, bebas biaya kuliah, dan gratis biaya asrama). Tipe B (bebas biaya kuliah + gratis biaya asrama), atau paling rendah tipe C (hanya gratis biaya asrama). Pemberian beasiswa ini dipengaruhi oleh nilai TOEFL dan linearitas disiplin ilmu pelamar saat seleksi. 

Nilai tambah lainnya, hampir seluruh kampus menawarkan kelas kursus bahasa Mandarin gratis selama masa studi. mahasiswa yang ingin kerja, bisa menjadi asisten riset profesor. Gajinya memuaskan. 

Jika ingin bekerja sebagai pelayan restoran, penjaga toko, atau buruh pabrik, maka upah minimum berkisar NT$100 per jam. Bagi yang mahir berbahasa Mandarin bisa dapat NT$5,000 per minggu.  

Pendeknya, bagi pembelajar dan pemburu beasiswa sejati, tak perlu khawatir jika Beasiswa Aceh dihentikan sementara, sebagaimana diwacanakan Gubernur Zaini Abdullah. Toh banyak peluang dan pengalaman yang bisa didapatkan di Taiwan asal punya keinginan dan spirit yang kuat untuk hidup merantau. 

Beberapa mahasiswa Aceh, termasuk saya, yang mendapat beasiswa kampus tetap bisa bertahan hidup dengan menghemat biaya atau dengan bekerja dan berbisnis di lingkungan kampus. 

Selain itu, kami, Majelis Wali Mahasiswa Aceh sebagai perwakilan mahasiswa Aceh yang terdiri atas tujuh Wali Wilayah di Taiwan (Taipei, Keelung, Chungli, Hsinchu, Hualien, Taichung, dan Tainan) siap membantu teman-teman dari Aceh mulai dari mencari kampus dan beasiswa yang sesuai, penjemputan, pengenalan kampus, informasi tempat makan halal atau vegetarian, maupun lokasi masjid di pusat kota atau mushalla dalam lingkungan kampus. Info tentang kami bisa diakses blogranup.blogspot.tw.         

Tinggal dan menetap di negeri orang tentu saja tak hanya belajar dan berkutat dengan buku dan tugas-tugas perkuliahan, tapi juga bergaul dengan mahasiswa Taiwan dan negara lain untuk saling tukar cerita serta memperlancar bahasa Mandarin dan Inggris. Coba rasakan pelayanan administrasi dan birokrasi Taiwan yang umumnya bebas KKN serta melihat masyarakat Taiwan yang ramah, jujur, dan tolong-menolong walau sebagian besar ateis. Semua itu adalah sebagian kecil dari pengalaman yang bisa saya dibagikan untuk Aceh lon sayang. 


Tulisan ini juga dipublish di Serambi Indonesia (online)

0 comments:

Post a Comment