Ranup Lampuan

Aceh student Association in Taiwan

Likok Pulo

Memperknalkan marwah bangsa dan budaya adalah kewajiban bagi kami, walau jauh dari negeri "Indatu"

Halal Bihalal Idul Adha 2012

Kebersamaan di hari yanng mulia adalah kebahagian yang tak terkira hidup di negeri orang

Edventure

Merasakan apa yang belum pernah ada di negeri sendiri adalah cita-cita dari setiap individu

Taipei 101

"If you can dream it, you can do it" Bermimpilah setinggi-tingginya.

Tuesday, September 10, 2013

Untungnya Mengantongi Kartu Halal di Taiwan

OLEH SRI AGUSTINA, penerima beasiswa dari LPSDM Aceh, mahasiswi Program Magister di National Taiwan Ocean University, melaporkan dari Taiwan
MENJADI minoritas di tengah mayoritas orang yang beda agama bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Itulah yang saya rasakan ketika pertama kali menginjakkan kaki di Taiwan.
Saya awalnya tak terbiasa menjawab pertanyaan yang kadangkala hanya saya tebak maksudnya dari cara warga Taiwan menunjuk-nunjuk jilbab saya (berhubung kemampuan bahasa Mandarin saya yang masih sangat minim) tentang mengapa saya berpakaian tertutup, meski pada musim panas.
Pada akhirnya, saya juga harus membiasakan diri untuk tersenyum ketika beberapa orang tua di dalam bus atau kereta api menatap “bagai tiada akhir” dan tanpa pertanyaan atau malah melakukan “bisik-bisik tetangga” terhadap pakaian muslimah yang saya kenakan.
Sekarang sudah setahun saya berada di Negeri Formosa ini untuk melanjutkan studi di National Taiwan Ocean University (NTOU). Orang-orang sekitar tempat saya tinggal sepertinya sudah mulai terbiasa dengan keberadaan saya. Namun, bagi saya, setahun di sini masih belum cukup untuk membiasakan diri dengan lingkungan, terlebih dengan makanan.
Minimnya jumlah populasi muslim di sini membuat saya kesulitan mencari warung makan atau makanan berlabel halal. Alhasil, memasak sendiri menjadi alternatif terakhir. Tapi terkadang karena kesibukan di laboratorium, mencari makanan siap saji di luar menjadi keharusan. Inilah jurus andalan saya saat mencari makanan di luar, yakni memperlihatkan kartu Halal Formmit!
Kartu Halal Formmit adalah lembaran kecil berukuran 5x7 cm yang diprint dan diperbanyak oleh Forum Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan (Formmit), kemudian dibagikan kepada mahasiswa muslim di Taiwan. Kartu ini menjadi sangat ampuh terlebih untuk kami yang bahasa Mandarinnya masih seperti anak balita yang baru belajar membaca. Kartu ini dicetak dalam karakter Mandarin yang kira-kira artinya seperti ini:
“Halo, saya seorang muslim. Oleh karena itu:
- saya tidak boleh makan daging babi dan makanan yang mengandung unsur babi,
- saya juga tidak boleh makan darah dan makanan yang mengandung darah,
- saya tidak mengonsumsi alkohol dan makanan yang mengandung alkohol,
- saya juga tidak boleh makan daging (ayam, bebek, sapi, kambing) yang disembelih tidak dengan cara Islam,
- jika Anda menggunakan peralatan masak yang sebelumnya digunakan untuk memasak daging babi, tolong peralatan tersebut dibersihkan lebih dulu sebelum memasak makanan yang saya pesan. Terima kasih.”
Biasanya, percakapan dengan penjual di kafe atau restoran saya awali dengan “permisi” atau “mohon maaf, bahasa Cina saya tidak bagus”, kemudian saya tunjukkan kartu Formmit tersebut. Selebihnya, merekalah yang membantu saya untuk mendapatkan makanan yang sesuai status saya sebagai muslimah.
Selain mengandalkan kartu halal dari Formmit, warung Indo adalah alternatif lain untuk mendapatkan makanan halal dan sesuai dengan lidah Indonesia. Warung Indo adalah sebutan para warga Indonesia di Taiwan untuk toko yang dikelola oleh warga negara Indonesia yang sudah lama menetap di Taiwan. Toko ini juga menyediakan makanan-makanan khas Indonesia, mulai dari mi instan, bumbu-bumbu instan (seperti bumbu nasi goreng, bumbu soto, bumbu rendang, bumbu ayam goreng, dan lain-lain), snack, bumbu dapur (seperti ketumbar, kemiri, terasi, dan daun jeruk kering) hingga nasi dan lauk pauk.
Tapi tidak semua warung Indo terjamin kehalalannya. Walaupun tidak menjual babi, namun mereka menjual lauk berupa daging sapi atau ayam yang bahan mentahnya dibeli dari pasar sekitar serta tidak ada jaminan disembelih secara islami. Tapi setidaknya, di warung Indo ini, kami bisa berkomunikasi dengan baik tanpa perlu menunjukkan kartu halal kepada penjualnya.
Minimnya makanan halal di Taiwan tidak lantas membuat saya urung semangat atau bahkan menderita kelaparan. Dengan kartu halal Formmit yang selalu saya bawa ke mana-mana dan warung Indo yang juga menyediakan lauk seafood, telur atau lauk lain yang lebih jelas kehalalannya, saya tetap semangat untuk menyelesaikan studi di negara yang pulaunya berbentuk daun ini.
[email penulis: tinameutuah@yahoo.co.id]


Sumber:http://aceh.tribunnews.com/2013/09/08/untungnya-mengantongi-kartu-halal-di-taiwan