OLEH SRI AGUSTINA, penerima beasiswa dari LPSDM Aceh, mahasiswi Program Magister di National Taiwan Ocean University, melaporkan dari Taiwan
MENJADI
minoritas di tengah mayoritas orang yang beda agama bukanlah sesuatu
yang menyenangkan. Itulah yang saya rasakan ketika pertama kali
menginjakkan kaki di Taiwan.
Saya awalnya tak terbiasa menjawab
pertanyaan yang kadangkala hanya saya tebak maksudnya dari cara warga
Taiwan menunjuk-nunjuk jilbab saya (berhubung kemampuan bahasa Mandarin
saya yang masih sangat minim) tentang mengapa saya berpakaian tertutup,
meski pada musim panas.
Pada akhirnya, saya juga harus
membiasakan diri untuk tersenyum ketika beberapa orang tua di dalam bus
atau kereta api menatap “bagai tiada akhir” dan tanpa pertanyaan atau
malah melakukan “bisik-bisik tetangga” terhadap pakaian muslimah yang
saya kenakan.
Sekarang sudah setahun saya berada di Negeri
Formosa ini untuk melanjutkan studi di National Taiwan Ocean University
(NTOU). Orang-orang sekitar tempat saya tinggal sepertinya sudah mulai
terbiasa dengan keberadaan saya. Namun, bagi saya, setahun di sini masih
belum cukup untuk membiasakan diri dengan lingkungan, terlebih dengan
makanan.
Minimnya jumlah populasi muslim di sini membuat saya
kesulitan mencari warung makan atau makanan berlabel halal. Alhasil,
memasak sendiri menjadi alternatif terakhir. Tapi terkadang karena
kesibukan di laboratorium, mencari makanan siap saji di luar menjadi
keharusan. Inilah jurus andalan saya saat mencari makanan di luar, yakni
memperlihatkan kartu Halal Formmit!
Kartu Halal Formmit adalah
lembaran kecil berukuran 5x7 cm yang diprint dan diperbanyak oleh Forum
Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan (Formmit), kemudian dibagikan
kepada mahasiswa muslim di Taiwan. Kartu ini menjadi sangat ampuh
terlebih untuk kami yang bahasa Mandarinnya masih seperti anak balita
yang baru belajar membaca. Kartu ini dicetak dalam karakter Mandarin
yang kira-kira artinya seperti ini:
“Halo, saya seorang muslim. Oleh karena itu:
- saya tidak boleh makan daging babi dan makanan yang mengandung unsur babi,
- saya juga tidak boleh makan darah dan makanan yang mengandung darah,
- saya tidak mengonsumsi alkohol dan makanan yang mengandung alkohol,
- saya juga tidak boleh makan daging (ayam, bebek, sapi, kambing) yang disembelih tidak dengan cara Islam,
-
jika Anda menggunakan peralatan masak yang sebelumnya digunakan untuk
memasak daging babi, tolong peralatan tersebut dibersihkan lebih dulu
sebelum memasak makanan yang saya pesan. Terima kasih.”
Biasanya,
percakapan dengan penjual di kafe atau restoran saya awali dengan
“permisi” atau “mohon maaf, bahasa Cina saya tidak bagus”, kemudian saya
tunjukkan kartu Formmit tersebut. Selebihnya, merekalah yang membantu
saya untuk mendapatkan makanan yang sesuai status saya sebagai muslimah.
Selain mengandalkan kartu halal dari Formmit, warung Indo adalah
alternatif lain untuk mendapatkan makanan halal dan sesuai dengan lidah
Indonesia. Warung Indo adalah sebutan para warga Indonesia di Taiwan
untuk toko yang dikelola oleh warga negara Indonesia yang sudah lama
menetap di Taiwan. Toko ini juga menyediakan makanan-makanan khas
Indonesia, mulai dari mi instan, bumbu-bumbu instan (seperti bumbu nasi
goreng, bumbu soto, bumbu rendang, bumbu ayam goreng, dan lain-lain),
snack, bumbu dapur (seperti ketumbar, kemiri, terasi, dan daun jeruk
kering) hingga nasi dan lauk pauk.
Tapi tidak semua warung Indo
terjamin kehalalannya. Walaupun tidak menjual babi, namun mereka menjual
lauk berupa daging sapi atau ayam yang bahan mentahnya dibeli dari
pasar sekitar serta tidak ada jaminan disembelih secara islami. Tapi
setidaknya, di warung Indo ini, kami bisa berkomunikasi dengan baik
tanpa perlu menunjukkan kartu halal kepada penjualnya.
Minimnya
makanan halal di Taiwan tidak lantas membuat saya urung semangat atau
bahkan menderita kelaparan. Dengan kartu halal Formmit yang selalu saya
bawa ke mana-mana dan warung Indo yang juga menyediakan lauk seafood,
telur atau lauk lain yang lebih jelas kehalalannya, saya tetap semangat
untuk menyelesaikan studi di negara yang pulaunya berbentuk daun ini.
[email penulis: tinameutuah@yahoo.co.id]
Sumber:http://aceh.tribunnews.com/2013/09/08/untungnya-mengantongi-kartu-halal-di-taiwan
[email penulis: tinameutuah@yahoo.co.id]
Sumber:http://aceh.tribunnews.com/2013/09/08/untungnya-mengantongi-kartu-halal-di-taiwan