OLEH TAUFIQ MAULANA, Penerima Beasiswa Pemerintah Aceh Program Taiwan 2012 di National Cheng Kung University, melaporkan dari Tainan
ALHAMDULILLAH, sudah tiga bulan saya berada di Taiwan untuk melanjutkan studi S3 di Jurusan Institute of International Management di National Cheng Kung University (NCKU) di Kota Tainan, Taiwan. Banyak hal yang menarik perhatian saya selama berada di negeri ini.
Pertama, Taiwan jumlah muslimnya sedikit. Dengan penganut Islam yang hanya 0,3% dari total populasi di Taiwan (sekitar 45.000 orang, data tahun 2007), menjadikan mereka minoritas di sini.
Hal ini juga dapat terlihat dari minimnya jumlah masjid di Taiwan yang hanya enam buah, tersebar dari ujung utara hingga selatan negeri ini. Disebabkan jumlah muslim yang sedikit, maka mendapatkan makanan halal menjadi tantangan tersendiri bagi muslim di sini, khususnya bagi perantau. Baik yang sedang kuliah maupun yang mencari nafkah.
Cara yang paling aman mengatasi kendala ini adalah memasak sendiri daripada membeli di warung makan, karena hampir di seluruh warung makan di sini menyediakan menu pork (babi). Makanya penting bagi seseorang yang beniat menetap di Taiwan ataupun di negara minoritas musllim lainnya untuk membekali diri dengan kemampuan memasak walaupun dengan menu yang sangat sederhana.
Hal menarik kedua adalah, karena jumlah muslimnya sedikit, maka kekompakan sesama muslim di sini sangat tinggi. Sekadar informasi, para mahasiswa muslim Indonesia di Taiwan tergabung dalam sebuah wadah organisasi bernama Formmit (Forum Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan). Salah satu contohnya adalah para mahasiswa muslim yang kuliah di NCKU berhasil melobi pihak asrama untuk menyediakan tempat shalat bagi mahasiswa muslim. Akhirnya, pihak dormitory mengizinkan sebuah ruang terbuka di lantai tiga asrama dijadikan sebagai masjid yang mampu menampung 60 orang jamaah.
Setelah itu, para mahasiswa muslim di sini bergotong royong menjadikan masjid tersebut nyaman bagi siapa pun untuk beribadah. Misalnya, bekerja sama membersihkan dan merapikan masjid, menyediakan kelengkapan shalat seperti tikar, sajadah, dan mukena, mengumpulkan dana swadaya mahasiswa untuk merenovasi atap masjid, dan lain-lain. Alhamdulillah, masjid yang terletak di Sheng Li 6 asrama mahasiswa NCKU pun kini ramai dikunjungi mahasiswa muslim. Bukan saja berasal dari Indonesia, tetapi juga dari negara lain seperti Bangladesh, Iran, Mesir, dan India.
Pada Hari Raya Idul Adha yang lalu di masjid ini diadakan shalat Idul Adha yang dihadiri sekitar 40 jamaah. Ini merupakan kali pertama shalat hari raya dilaksanakan di Asrama Mahasiswa NCKU.
Hal menarik berikutnya adalah ternyata banyak orang di sini yang belum mengenal Islam, kalaupun pernah mendengar Islam, itu dari sumber yang keliru yang tidak menggambarkan Islam sebagaimana mestinya. Dalam beberapa kesempatan, saya pernah berdiskusi tentang Islam dengan beberapa mahasiswa kafir dan terlihat jelas keawaman mereka tentang agama ini. Hal-hal mendasar yang sering mereka tanyakan seperti masalah shalat, jilbab, dan makanan halal menunjukkan bahwa mereka memang benar-benar awam, polos, dan tak tahu akan hal tersebut. Soalan-soalan yang diajukan pun jauh dari kesan mengetes atau debat kusir yang tak ada ujung pangkalnya sebagaimana sering ditemukan bila berdiskusi dengan orang-orang nonmuslim yang sudah mengenal Islam.
Di sinilah peran seorang mahasiswa muslim dituntut untuk mendakwahkan atau menyampaikan Islam yang sebenarnya. Sebagaimana pesan Rasulullaah saw kepada umatnya untuk menyampaikan ajaran Islam walau hanya satu ayat. Artinya, bagi yang mau terbuka besar peluang dakwah di Taiwan.
Saya sangat menganjurkan kepada setiap mahasiswa Aceh yang ingin atau sedang kuliah di luar negeri, khususnya di negara yang minoritas muslim, untuk membekali diri dengan kemampuan menjadi imam, khatib dan mengaji, ditambah lagi dengan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa tempatan. Insya Allah semua kemampuan tersebut akan termanfaatkan dengan baik. Trust me, it works!
Sumber Serambi Indonesia
ALHAMDULILLAH, sudah tiga bulan saya berada di Taiwan untuk melanjutkan studi S3 di Jurusan Institute of International Management di National Cheng Kung University (NCKU) di Kota Tainan, Taiwan. Banyak hal yang menarik perhatian saya selama berada di negeri ini.
Pertama, Taiwan jumlah muslimnya sedikit. Dengan penganut Islam yang hanya 0,3% dari total populasi di Taiwan (sekitar 45.000 orang, data tahun 2007), menjadikan mereka minoritas di sini.
Hal ini juga dapat terlihat dari minimnya jumlah masjid di Taiwan yang hanya enam buah, tersebar dari ujung utara hingga selatan negeri ini. Disebabkan jumlah muslim yang sedikit, maka mendapatkan makanan halal menjadi tantangan tersendiri bagi muslim di sini, khususnya bagi perantau. Baik yang sedang kuliah maupun yang mencari nafkah.
Cara yang paling aman mengatasi kendala ini adalah memasak sendiri daripada membeli di warung makan, karena hampir di seluruh warung makan di sini menyediakan menu pork (babi). Makanya penting bagi seseorang yang beniat menetap di Taiwan ataupun di negara minoritas musllim lainnya untuk membekali diri dengan kemampuan memasak walaupun dengan menu yang sangat sederhana.
Hal menarik kedua adalah, karena jumlah muslimnya sedikit, maka kekompakan sesama muslim di sini sangat tinggi. Sekadar informasi, para mahasiswa muslim Indonesia di Taiwan tergabung dalam sebuah wadah organisasi bernama Formmit (Forum Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan). Salah satu contohnya adalah para mahasiswa muslim yang kuliah di NCKU berhasil melobi pihak asrama untuk menyediakan tempat shalat bagi mahasiswa muslim. Akhirnya, pihak dormitory mengizinkan sebuah ruang terbuka di lantai tiga asrama dijadikan sebagai masjid yang mampu menampung 60 orang jamaah.
Setelah itu, para mahasiswa muslim di sini bergotong royong menjadikan masjid tersebut nyaman bagi siapa pun untuk beribadah. Misalnya, bekerja sama membersihkan dan merapikan masjid, menyediakan kelengkapan shalat seperti tikar, sajadah, dan mukena, mengumpulkan dana swadaya mahasiswa untuk merenovasi atap masjid, dan lain-lain. Alhamdulillah, masjid yang terletak di Sheng Li 6 asrama mahasiswa NCKU pun kini ramai dikunjungi mahasiswa muslim. Bukan saja berasal dari Indonesia, tetapi juga dari negara lain seperti Bangladesh, Iran, Mesir, dan India.
Pada Hari Raya Idul Adha yang lalu di masjid ini diadakan shalat Idul Adha yang dihadiri sekitar 40 jamaah. Ini merupakan kali pertama shalat hari raya dilaksanakan di Asrama Mahasiswa NCKU.
Hal menarik berikutnya adalah ternyata banyak orang di sini yang belum mengenal Islam, kalaupun pernah mendengar Islam, itu dari sumber yang keliru yang tidak menggambarkan Islam sebagaimana mestinya. Dalam beberapa kesempatan, saya pernah berdiskusi tentang Islam dengan beberapa mahasiswa kafir dan terlihat jelas keawaman mereka tentang agama ini. Hal-hal mendasar yang sering mereka tanyakan seperti masalah shalat, jilbab, dan makanan halal menunjukkan bahwa mereka memang benar-benar awam, polos, dan tak tahu akan hal tersebut. Soalan-soalan yang diajukan pun jauh dari kesan mengetes atau debat kusir yang tak ada ujung pangkalnya sebagaimana sering ditemukan bila berdiskusi dengan orang-orang nonmuslim yang sudah mengenal Islam.
Di sinilah peran seorang mahasiswa muslim dituntut untuk mendakwahkan atau menyampaikan Islam yang sebenarnya. Sebagaimana pesan Rasulullaah saw kepada umatnya untuk menyampaikan ajaran Islam walau hanya satu ayat. Artinya, bagi yang mau terbuka besar peluang dakwah di Taiwan.
Saya sangat menganjurkan kepada setiap mahasiswa Aceh yang ingin atau sedang kuliah di luar negeri, khususnya di negara yang minoritas muslim, untuk membekali diri dengan kemampuan menjadi imam, khatib dan mengaji, ditambah lagi dengan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa tempatan. Insya Allah semua kemampuan tersebut akan termanfaatkan dengan baik. Trust me, it works!
Sumber Serambi Indonesia