Saturday, January 19, 2013

Mengagumi Budaya Antre di Taiwan

OLEH AMNA AFGANURISFA, Mahasiswi Magister Psikologi di Asia University dan Asisten Dosen Psikologi pada FK Unsyiah, Taichung-Taiwan.

MAU belajar antre? Belajarlah ke Taiwan! Ah terlalu berlebihan. Apa lebihnya budaya antre di Negeri Formosa ini sehingga pantas ditiru? 

Taiwan, selain dikenal memiliki keunggulan dalam riset dan inovasi produk informatika, seperti IPhone dan IPad dan jenis branded lainnya, ternyata dikenal juga sebagai queueing master (master antre).  

Antrean di negeri ini terjadi secara otomatis. Orang Taiwan mengantre di mana pun, kapan pun, dan dalam hal apa pun. 

Budaya antre membentuk barisan panjang ke belakang terbentuk dengan sendirinya di berbagai tempat di Taiwan tanpa perlu diatur dan diarahkan oleh ketua baris-berbaris atau aparat negara. 

Banyak orang Indonesia yang takjub akan tingginya kesadaran orang Taiwan dalam mengantre. Malah, banyak di antara orang kita yang saat di Indonesia punya kebiasaan menyerobot atau memotong antrean, justru ikut berubah jadi disiplin saat berada di Taiwan. Ini bukan cerita fiksi, tapi fakta. Anda malu sendiri jika tak mengantre di Taiwan.

Saya sendiri sering kagum dengan budaya antrean ini. Ada contoh paling membuat saya terkesan saat saya sedang berbelanja di sebuah minimarket, Seven-Eleven. Saya amati saat seorang teman saya dari Amerika Serikat sedang mengantre saat hendak membayar di kassa, tapi tiba-tiba dia ke luar sebentar dari barisan antrean menuju mobil karena lupa membawa uang di tasnya. Lalu dia hampiri saya yang berdiri agak jauh darinya, saat dia kembali ke kasir dan mengantre lagi dari belakang. Tapi teman saya itu langsung dicegat oleh seseorang dalam barisan tersebut. Ia dipersilakan lagi untuk masuk ke posisi sebelum dia ke luar dari barisan tadi. Orang tersebut malah minta maaf karena dia merasa telah menyerobot tempat si Amerika tadi. 

Seandainya negara kita seperti ini, oh indahnya hidup ini.  Selain Taiwan, di Asia juga terdapat negara yang memiliki budaya antre yang sangat baiki. Di antaranya Jepang, Hong Kong, dan Korea Selatan. Apakah hanya negeri ini saja? Tentu tidak, contoh pengalaman kecil saya ketika singgah di Singapura. Orang-orang Singapura juga memiliki kesadaran antre yang sangat tinggi dan berdisiplin, sekilas bak tentara. 

Seandainya Indonesia belajar budaya antre ini 0,01% saja dari Taiwan atau Singapura, mungkin kesemrawutan, aksi serobot-menyerobot, dan kebiasaan main terabas yang menyebabkan orang lain marah-marah atau kecewa, tidak perlu lagi terjadi. 

Taiwan touch my heart more. Harapan saya dan harapan kita semua, semoga Aceh bersama Indonesia jauh lebih baik ke depan dan mampu mengubah warganya merasa betah di negaranya sendiri. Semoga.

Catatan ini juga dipublish di Serambi Indonesia(online).

3 comments: