Ranup Lampuan

Aceh student Association in Taiwan

Likok Pulo

Memperknalkan marwah bangsa dan budaya adalah kewajiban bagi kami, walau jauh dari negeri "Indatu"

Halal Bihalal Idul Adha 2012

Kebersamaan di hari yanng mulia adalah kebahagian yang tak terkira hidup di negeri orang

Edventure

Merasakan apa yang belum pernah ada di negeri sendiri adalah cita-cita dari setiap individu

Taipei 101

"If you can dream it, you can do it" Bermimpilah setinggi-tingginya.

Tuesday, August 27, 2013

Mahasiswa Aceh di Taiwan sosialisasikan sistem pendidikan Taiwan di Unsyiah

ORGANISASI mahasiswa Aceh yang sedang menempuh pendidikan S1-S3 di Taiwan Ranub Lampuan, kemarin menggelar sosialisasi pendidikan Taiwan di Pusat Bahasa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Senin 19 Agustus 2013.

Acara tersebut disambut hangat oleh para lulusan baru Unsyiah. Ketua Ranub Lampuan, Muslem Daud, dalam rilis yang diterima ATJEHPOSTcom menyampaikan, kegiatan yang dibuat secara sukarela tersebut untuk menyebarkan informasi mengenai sistem pendidikan di Taiwan, beasiswa, serta gambaran kehidupan di Taiwan.
“Acara ini dikemas dengan doorprize, slide presentasi, tanya jawab dan hadiah souvenir dari Taiwan. Kegiatan ini dihadiri oleh dua puluhan peserta dari berbagai jurusan di lingkungan Universitas Syiah Kuala,” ujarnya.

Sosialisasi ini katanya juga bagian dari kegiatan masa liburan, di samping penggalangan dana untuk korban gempa Gayo yang telah dibuat beberapa waktu lalu. Sebelumnya kegiatan serupa sudah dibuat di Universitas Malikussaleh Lhokseumawe.

“Dalam minggu-minggu ke depan teman-teman akan sosialisasikan ke Pemda Pidie, IAIN Ar Raniry, Serambi Mekah dan Pemda Sabang,” katanya.

Salah seorang peserta, Reka, menyampaikan jika kegiatan tersebut sangat bermanfaat karena selain memberikan informasi pendidikan, juga mendapat wawasan dari berbagai sisi mengenai proses belajar mengajar di Taiwan. Baik dari mereka yang sedang belajar di sana maupun sudah lulus.

“Ada di antara kami yang dulunya berfikir, Taiwan itu dekat Thailand, ternyata Taiwan itu adalah Republik Cina atau Cina Taipe. Taiwan yang  jaraknya hingga enam jam perjalanan (udara) dari Aceh bertetangga dengan Republik Rakyat Cina yang selama ini kita kenal,” katanya.

Sementara itu koordinator kegiatan, Edward Iswardy, mengatakan kegiatan ini adalah Mini Expo Taiwan di Unsyiah yang dimotori oleh rekan-rekan mahasiswa dan alumni dari berbagai universitas di Taiwan.

Ia berharap para peminat yang ingin melanjutkan studi ke Taiwan bisa mendapat informasi awal. Ia juga menyampaikan terimakasih kepada rekan-rekannya yang telah membantu terselenggaranya kegiatan tersebut. Khususnya kepada Direktut Pusat Bahasa Unsyiah.
Semua materi dalam kegiatan tersebut bersumber dari Elite Study in Taiwan, Kementerian Pendidikan Taiwan dan beberapa universitas seperti National Chung Hua University dan National Taichung University of Education.

Sumber : Atjehpost.com

Santunnya Pengamen di Taiwan

OLEH KHAIRUNNISA SYALADIN, mahasiswi Farmasi UGM Yogyakarta, peserta PPSDMS Nurul Fikri VI, Kaohsiung-Taiwan
HAL menarik tentang Taiwan selama saya berada di sini, khususnya di Kaohsiung, adalah saya tidak menemukan pengemis ataupun anak jalanan di jalanan.
Saat saya bertanya kepada seorang teman, dia jawab bahwa Taiwan memiliki tingkat ekonomi yang cukup mapan, sehingga pemerintahnya mampu memilihara anak jalanan dan orang miskin dengan baik.
Bila kita bandingkan dengan Indonesia, di setiap perempatan jalanan pastilah banyak pengemis, gelandangan, dan anak jalanan yang meminta-minta. Semoga ke depannya Indonesia akan bebas dari pengemis dan anak jalanan.
Jika pengemis dan anak jalanan tidak ada di Taiwan, tapi yang namanya pengamen tetap ada. Tapi mereka memiliki seni yang berbeda dalam mengamen dibanding pengamen di negeri kita. Mereka tidak akan mengganggu saat kita sedang makan di sebuah tempat makan, misalnya.
Menurut saya, seni mereka mengamen sangat unik. Mereka tidak perlu berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya. Saya sudah dua kali bertemu pengamen selama di Taiwan ini. Pertama, di pelataran Museum Confucius. Di sini, seorang wanita yang berdandan dengan pakaian tradisional Taiwan bernyanyi sepanjang hari ditemani seorang bapak tua yang memainkan musik. Sepertinya mereka membawakan lagu tradisional Taiwan. Nah, siapa yang lewat di depan mereka dan mau memberikan sumbangan tinggal menaruh uangnya di atas sapu tangan yang mereka gelar di tanah. Sungguh cara mengamen yang sangat santun.
Kedua, pada suatu malam saat saya pulang dari pasar malam, saya temukan seorang gadis cantik mengamen di perempatan jalan. Caranya sama, dia bernyanyi menggunakan mikrofo dan speaker di pinggir jalan. Lagu yang dibawakan adalah lagu pop dan dia menggunakan baju dan dandanan yang cantik. Trotoar perempatan jalan itu bagaikan panggung baginya.
Banyak hal yang menarik dan bisa dipelajari dari Taiwan. Semoga perjalanan saya beberapa bulan di sini akan memberikan pengalaman terbaik untuk saya. Semoga pula ke depannya hal-hal baik yang ada di Taiwan ini bisa saya bantu terapkan di Indonesia, khususnya di Aceh. 
Tulisan ini juga dipublish di Serambi Indonesia.

Sunday, August 25, 2013

Berburu Makanan Halal di Pulau Formosa

OLEH KHAIRUNNISA SYALADIN, mahasiswi Farmasi UGM Yogyakarta, peserta PPSDMS Nurul Fikri VI. Kaohsiung-Taiwan
DULU, Taiwan bernama Pulau Formosa. Julukan tersebut diberikan oleh penjajah asal Portugis yang menemukan pulau tersebut. Formosa berarti pulau yang indah.
Sejak 5 Juli 2013 saya berada di Pulau Formosa ini. Sebagai mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) asal Aceh saya sedang mengikuti pertukaran mahasiswa di Taiwan, tepatnya di Kaohsiung Medical University, salah satu universitas terbaik di Taiwan.  Kaohsiung merupakan kota terbesar kedua di Taiwan setelah Taipei. Kota Kaohsiung berada di selatan Taiwan. Jika kita naik kereta biasanya menghabiskan waktu sekitar delapan jam dari Taipei. Namun, bisa juga menempuh perjalanan ke kota ini dengan high speed rail, hanya menghabiskan waktu sekitar dua jam. High speed rail merupakan kereta cepat di Taiwan, namun harga tiketnya bisa dua kali lipat dibandingkan kereta biasa. Saya mahasiswa, jadinya saya pilih kereta biasa. Harga tiket keretanya 520 NT$ atau sekitar Rp 150.000. Dari stasiun besar Taipei ke stasiun besar Kaohsiung saya berangkat seorang diri. Awalnya saya canggung, karena cuma saya yang berjilbab dan itu menjadi pusat perhatian orang Taiwan. Lagian, selama perjalanan saya hanya diam, karena semua orang berbahasa Cina.
Saat malam tiba, akhirnya saya tiba di Kaohsiung. Selama tiga minggu saya hidup di kota ini. Kegiatan yang saya lakukan adalah meneliti antivirus hepatitis C menggunakan tumbuhan Taiwan, Panax natoginseng. Selain melakukan penelitian di pagi hingga siang hari, saya pun menghabiskan waktu dengan jalan-jalan bersama teman saya. Teman-teman saya tersebut ada yang berasal dari daerah setempat dan ada berasal dari luar negeri juga.
Menjalani hidup sebagai seorang muslim di sini tidaklah mudah. Sulit sekali mendapatkan makanan halal di Kota Kaohsiung ini. Apalagi di kota ini, penduduk muslim adalah minoritas. Alhamdulillah, saat di Indonesia saya berinisiatif membawa rice cooker dan hal tersebut sangat membantu saya dalam menjalanankan ibadah puasa. Lebih dari itu, rice cooker saya ini dapat menghindari saya dari makanan yang tidak halal. Saya sudah coba mencari restoran halal, namun semua restoran menjual daging babi. Hal lain yang menakutkan adalah walaupun tak ada daging babi dalam makanan tersebut, namun terkadang mereka menggunakan minyak babi saat memasaknya.
Baru seminggu saya di sini, ternyata jilbab saya menarik perhatian seseorang. Jilbab adalah identitas seorang muslim. Nah, saat saya berjalan di pelataran kampus, seorang kulit hitam menyapa saya dengan mengucapkan “assalamu’alaikum”. Setelah berkenalan, tenyata dia orang muslim yang berasal dari Gambia. Saat saya tanya di mana dia mencari makanan halal, ternyata dia tak tahu dan setiap hari dia memasak sendiri. Saat Ramadhan lalu, dua hari saya berbuka puasa dengan masakannya, sup okra khas Afrika. Alhamdulillah, saya bisa berbuka puasa dengan makanan halal.
Hal lain yang menyulitkan saya sebagai seorang muslim di kota ini adalah tak adanya masjid. Hampir setengah kota ini pernah saya lalui, namun tidak saya temukan masjid dan tidak pernah terdengar kumandang azan. Beberapa hari berikutnya, tepatnya hari Jumat saya bertemu lagi dengan teman muslim Afrika saya. Ternyata saat itu dia akan shalat Jumat di salah satu masjid di kota ini. Dia berjanji suatu saat akan mengajak saya ke masjid tersebut. Nah, untuk mencapai masjid tersebut dapat ditempuh dengan MRT (Mass Rapid Transit).
MRT merupakan tranportasi publik Taiwan, kereta bawah tanah yang dapat menjangkau setiap tempat yang ada di Kaohsiung dan kota-kota lain di Taiwan. MRT ini sangat diminati setiap warga Taiwan, baik dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Tak heran jika di kota terbesar kedua Taiwan ini kita tak pernah terjebak macet. Sistem pelayanannya sangat eksklusif dan berteknologi tinggi. Di Kota Kaohsiung sendiri terdapat 50 titik pemberhentian MRT. Jadi, dengan MRT tersebut kita dapat dengan mudah menjangkau segala tempat di Kaohsiung. Masyarakat di sini biasanya memiliki MRT card.
Dengan kartu tersebut mereka bisa langsung naik MRT. Pelajar yang memiliki kartu ini mendapat diskon. Turis atau pelancong harus membeli token lebih dulu. Token tersebut sebagai pengganti kartu MRT, digunakan untuk membuka gerbang saat masuk dan ke luar dari stasiun. Harga token untuk satu tujuan 20 NT$ atau sekitar Rp 7.000. Di dalam MRT penumpang dilarang makan, minum, dan merokok. Yang melanggar didenda 1.500 NT$ atau Rp 500.000. Begitulah cara orang Taiwan menjaga disiplin. Semua mereka patuh aturan. MRT selalu bersih dan bebas dari asap rokok. Ini patut dicontoh oleh masyarakat Aceh. Mari belajar menjaga fasilitas umum. 
Tulisan ini juga di-publish di Serambi Indonesia

Saturday, August 17, 2013

MINI EXPO STUDY IN TAIWAN

Dapatkan informasi mengenai kehidupan dan peluang sekolah di Taiwan S1, S2, S3.
Hari/Tanggal : Senin/19 Agustus 2013
Waktu : 09:00-12:00 wib
Tempat : Class Room Pusat Bahasa Unsyiah

Anda akan mendapatkan informasi dan berdisksi tentang :
1. Kehidupan di Taiwan
2. Peluang beasiswa dan study di Taiwan
3. Informasi kampus di Taiwan
4. Organisasi mahasiswa Aceh dan indonesia di Taiwan
5. Cara menyapa dan berkenalan dengan masyarakat Taiwan
6. Ada dorprize gift unik dari Taiwan

Acara ini diselenggarakan oleh Forum Alumni dan Mahasiswa asal Aceh di Taiwan (Ranup Lampuan)
Dapatkan gift menarik untuk 20 (dua puluh) peserta pertama yang datang dan mengisi daftar hadir.

informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Edwar Iswardy(081262417971), Muslem Daud ( 081360987714)


By: Edwar Iswardy

Thursday, August 15, 2013

7 Resep Menyiasati Beasiswa ke Taiwan

OLEH MUSLEM DAUD, PhD Student, penerima sharing beasiswa Universitas NTCU Taiwan dan Pemerintah Aceh, Taichung-Taiwan
BANYAKNYA negara dan organisasi yang menawarkan beasiswa kepada putra-putri Aceh, ternyata belum termanfaatkan maksimal. Boleh jadi ini disebabkan peminat hanya disuguhi peluang, tanpa diikuti pejelasan bagaimana menyiasati peluang tersebut menjadi kenyataan.
Pemerintah Aceh dan Pemerintah Taiwan, melalui Elite Study in Taiwan (ESIT) telah meneken MoU yang salah satu poinnya Pemerintah Taiwan menggratiskan uang kuliah putra-putri Aceh yang tertarik belajar Taiwan. Sedangkan Pemerintah Aceh menanggung biaya hidupnya.
Kesepakatan ini patut disyukuri, karena biaya kuliah di Taiwan tergolong mahal, sehingga dengan adanya MoU ini pemerintah dengan budget yang sama dapat mengirim lebih banyak plagi utra-putri Aceh yang berminat melanjutkan kuliah ke Taiwan. Ini merupakan peluang bagus. Namun, untuk mendapatkan kesempatan ini seyoginya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pertama, tingkatkan terus kemampuan bahasa Inggris Anda, sehingga memperoleh skor nilai Test of English as Foreign Language (TOEFL) 500 ke atas. Syarat nilai ini berlaku umum untuk program S2 dan S3. Pilihan bahasa lainnya adalah bahasa Cina/Mandarin dengan sertifikat tingkat 3 atau 4 (advance).
Sejumlah negara juga mensyaratkan nilai TOEFL yang sudah disebutkan dan nilai TOEFL standar ini yang juga dipegang oleh Lembaga Peningkatan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Aceh ketika kesempatan beasiswa dibuka. Dengan demikian, jika nilai 500 TOEFL sudah ada di tangan, maka si peminat sudah punya tiket yang sewaktu-waktu dapat digunakan ketika kesempatan beasiswa diumumkan.
Sembari menunggu kesempatan tersebut datang, maka hal kedua yang perlu diperhatikan adalah jika peminat memilih untuk belajar dalam bahasa Inggris di Taiwan, maka pastikan bahwa universitas yang dituju punya program studi dalam bahasa Inggris. Sebagai informasi, universitas di Taiwan umumnya menggunakan bahasa nasional mereka, yaitu bahasa Cina dalam pengajaran. Namun, kebanyakan universitas juga menyelenggarakan program dalam bahasa selain bahasa Cina untuk kelas internasional kepada mahasiswa asing.
Kalau universitas yang diminati tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, maka lajutkan eksplorasi ke universitas lainnya sampai ditemukan pilihan yang tepat.
Ketiga, jurusan yang dipilih hendaklah sesuai dengan latar belakang pendidikan strata 1 (S1) yang telah dilalui, supaya ilmunya linear. Universitas Taiwan menawarkan beragam tawaran bagi peminat sehingga linearitas kesinambungan keilmuan tetap terjaga. Ini penting, bukan saja untuk kesinambungan pengetahuan, tetapi juga menyangkut nilai kumulatif kepangkatan bagi PNS atau yang berminat jadi PNS.
Keempat, komunikasi hendaknya dibangun sebaik-baiknya dengan pihak universitas, khususnya dengan International Office Administration (OIA) di masing-masing universitas. Komunikasi ini dapat dimulai dengan email. Kebanyakan OIA akan membalas email secara regular.
Kelima, penuhi persyaratan yang diminta dalam proses pelamaran. Dalam melengkapi dokumen, jika diperlukan, peminat dapat berkomunikasi dengan alumni Taiwan atau mahasiswa yang ada di Taiwan untuk memudahkan proses keluarnya Letter of Acceptance (LoA) atau surat diterimanya peminat di universitas yang dituju.
Keenam, berdasarkan LOA dan syarat-syarat lainnya, peminat berkomunikasi dengan LPSDM untuk mendapatkan pendanaan pendidikan yang akan dijalani dengan mengikuti formal test yang diselenggarakan lembaga tersebut. Sebagai informasi, LPSDM selama ini tidak menyediakan beasiswa kepada mahasiswa yang sudah lebih dulu setuju menerima beasiswa dari institusi lain sekalipun itu berjumlah kecil. Oleh karena itu, selama aturan ini belum berubah, mohon benar-benar diperhatikan.
Ketujuh, jika memilih jalur LPSDM, maka sejumlah syarat harus dipenuhi. Misalnya, ikut pelatihan di LPSDM atau institusi yang ditunjuk. Nah, dengan mengikuti tujuh resep ini, mudah-mudahan peminat beasiswa mendapat kesempatan studi di Taiwan dan sukses. 
Tulisan ini juga dimuat di Serambi Indonesia.