Ranup Lampuan

Aceh student Association in Taiwan

Likok Pulo

Memperknalkan marwah bangsa dan budaya adalah kewajiban bagi kami, walau jauh dari negeri "Indatu"

Halal Bihalal Idul Adha 2012

Kebersamaan di hari yanng mulia adalah kebahagian yang tak terkira hidup di negeri orang

Edventure

Merasakan apa yang belum pernah ada di negeri sendiri adalah cita-cita dari setiap individu

Taipei 101

"If you can dream it, you can do it" Bermimpilah setinggi-tingginya.

Tuesday, July 31, 2012

Mesjid-mesjid di Taiwan

Oleh: Tom Erdos, Aceh Scholar in Taiwan
Mesjid! Ya mesjid? Ada apa dengan mesjid? Kenapa harus ada catatan tentang mesjid? Bukakah di sepanjang jalan yang dilalui di Banda Aceh pasti kelihatan mesjid? Bukankah lima kali sehari suara azan itu dari mesjid atau meunasah disekitaran kita? Sejauh mata memandang, di perempatan, di pasar, di kantor-kantor, di gampoeng-gampoeng pasti dengan mudahnya kita menjupai tempat untuk shalat apakah itu mesjid, meunasah, ataupun mushalla kecil. Itu kalau kita ngomong di Banda Aceh Gan!!! Sekarang ane nak cerite masalah mesjid di Taiwan gan.
Di negeri multi etnis ini (lhoo, bukannya hamper 99,9 % persen penduduk pulau ini adalah etnis cina??? So? Knapa disebutin multi etnis???? J), untuk urusan mesjid agak susah gan. Dimana-mana, yang sering kita jumpai kalau bukan tepekongnya Budha, ya Tepekongnya agama Tao, tapi mereka mirip-mirip gan, susah untuk membedakannya. Satu lagi gereja gan, hamper semua tempat pasti kelihatan gerejanya.  Kalau tidak salah (kalau salah, dimaafin ya!! J), pemerintah negeri ini sangat mendukung yang namanya missionaries gan, jadi jangan heran di setiap tempat pasti ada hal-hal yang menyangkut dengan agama itu.

Aduh, susah ya! Mendingan ngak usah aja kuliah di Taiwan. Sssssttttt, tunggu dulu gan!!! Walaupun ceritanye itu begitu, yang namanye Mesjid juga ada Gan. Di pulau kecil ini, sampai sekarang ada 6 buah Mesjid. Ya lumanyankan dari pada ngak ada!!…J. Berikut ane paparkan mesjid-mesjid yang ada di pulau yang dulu disebut Formosa ini.

1.       Mesjid Jamik Taipe (Taipe Grand Mosque), Taipei
Ini adalah mesjid terbesar di Taiwan, luasnya mencapa 2,5 km persegi. Mesjid ini dibangun pada tahun 1950-an atas kerjasama atara pemerintah Arab Saudi dan Taiwan.

Mesjid ini terletak di No 62, section 2, Shinsheng S. Rd, Taipei, atau bisa langsung ke websitenya disini.


2. Mesjid Culture Taipei (Taipei Culture Mosque), Taipei
Mesjid ini bisa dikatakan yang paling tua di Taiwan, pada mulanya dibagun pada tahun 1940-an, tapi ukuranya lebih kecil. Alamatnya sekarang ada di No 3 Lane 25 Sec 1 Hsin-hi Rd, Taipei.



3. Mesjid Longgang, Chungli
Mesjid Longgang berada di Tauyuan County atau tepatnya di kota Chungli. Untuk menuju ke Mesjid ini, cuma sekitar 25 menit dari Terminal bus Chungli dengan Bus nomor 112. Disekitaran mesjid ini banyak bisa ditemukan toko makanan halal. Ada beberapa warung nasi orang indonesia disekitaran mesjid.

4. Mesjid Taichung, Taichung
Mesjid ini terletak di Taiwan bagain tengah, tepatnya di kota Taichung. Dari Terminal Bus Taichung, ada tiga rute bus yang melewati Mesjid Taichung, yaitu bus nomor 85 (26 menit), bus nomor 40 (29 menit), dan bus nomor 30 (29 menit). Alamat lengkap mesjid ini adalah : No.475, DàDun South Rd. Nantun Distric, 408, Taichung.

5. Mesjid Tainan, Tainan
Untuk mencapai mesjid ini, dari terminal bus Tianan bisa dengan bus nomor 7660 (21 menit), bus nomor 7661 (21 menit) dan bus nomor 9020 (21 menit). Alamanya adalah No. 12, Alley 34, Lane 34, sec 3, Chung-Hwa E. Rd., Dong District, Tainan City. Mesjid ini bisa dikatakan seperti toko tiga lantai yang dialih fungsikan menjadi mesjid.

6. Mesjid Kaohsiung, Kaohsiung
Ini adalah mesjid ke dua yang dibangun di Taiwan. Mesjid ini terletak di No.11, Jianjiun Rd, Kaohsiung. Untuk akses kesana bisa menggunakan MRT ke Weiwuying stasiun, lalu bisa jalan kaki sekitar 5 menit ke jalan Jianjun atau bisa juga menggunakan bus  nomor 88 dari terminal kereta api Kaohsiung sekitar 25 menit 

Nah itu gan, mesjid-mesjid di negara Taiwan. Yang menurut berita yang ane dapat sekarang sudah ada beberapa mushalla kecil yang baru-baru ini dibuka, seperti di bandara Taoyuan (Terminal 1), Taoyuan city, dan Keelung city, tetapi informasi yang ane dapet belum akurat, insya Allah akan ane update kalau sudah ada informasi. Begitu juga dibeberapa kampus sekarang sudah tersedia Mushalla, tapi untuk hal ini akan ane laporkan dalam reportase berikutnya. So, jangan lupa kembali kesini gan ya...!!! hehehe :)

Monday, July 23, 2012

Berbagi Pengalaman Bagi Mahasiswa Baru Yang Akan Ke Taiwan

Oleh: Subhan Abdul Gani, Master Student at Yuan Ze University, Chongli-Taiwan
Asslamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Sebelumnya saya mau mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi teman-teman sekalian, semoga amal ibadah di bulan ramadhan ini mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT.

Sebagai teman sebangsa dan seiman, saya ingin membagi pengalaman untuk teman-teman yang akan segera mendarat di Taiwan untuk melanjutkan studinya. Dengan adanya informasi ini saya berharap teman-teman baru dapat mempersiapkan kedatangan di Taiwan dengan sebaik-baiknya dan permsalahan awal kedatangan di Taiwan dapat teratasi dengan baik.
  1. Perihal cuaca. Saat ini di Taiwan sedang summer dengan suhu berkisar 27~ 36 C dan kelembaban tinggi . Untuk memantau cuaca dapat menggunakan link sbb:  http://cwb.gov.tw/eng/index.htm .  Persiapkan pakaian yang sesuai untuk cuaca tersebut. Semua informasi berkaitan dengan aktivitas yang harus dihindari dapat dilihat pada link tersebut. 
  2. Perihal kartu selular. Pada saat kedatangan di Taoyuan international airport, disarankan segera membeli kartu Cellular di Airport karena prosesnya lebih mudah ketimbang ketika sudah keluar dari sana. Ini disebabkan untuk menggunakan kartu selular Taiwan mewajibkan registrasi menggunakan dua macam identitas yang berlaku di Taiwan seperti ARC, student ID, passport, dll. Menurut pengalaman beberapa teman yang datang proses membeli kartu di Airport dapat dilakukan hanya dengan menunjukkan passport.
  3. Fasilitas wi-fi. Sungguh menyenangkan, saat ini di hampir setiap stasiun train/bus terdapat Tourist information center dan akses internet gratis. Terdapat jaringan wifi i-Taiwan atau dikenal "I love Taiwan" yang bisa diakses dengan cukup sign-up dan login dengan menggunakan nomor hp selular taiwan, jadi intinya harus punya nomor Taiwan. link: http://itaiwan.gov.tw/en/
  4. Operator telekomunikasi. Disini terdapat 3 operator besar yang dapat dipilih yakni Chunghwa telecom, Taiwan Mobile, dan Far Eastern. Untuk melakukan telekomunikasi murah ke indonesia setiap operator mempunyai akses kode yang diletakkan sebelum kode negara. Misalnya Chunghwa (019), Taiwan mobile (016). Setiap operator telekomunikasi mempunyai keunggulan masing-masing.
  5. Tempat Menukar Uang. Disarankan tidak membawa uang banyak dalam perjalanan. Namun apabila memang membawa dan ingin menukar ke NTD dapat dilakukan di Airport tanah air, seperti airport Polonia atau cengkareng. Selalu cek kurs di:  http://www.xe.com/ucc/ , bisa diakses dengan aplikasi mobile. Perlu diperhatikan bank-bank di Taiwan tidak menerima uang Rupiah, namun tidak juga disarankan membawa uang USD karena selisih kurs akan dikenakan dua kali. Rekomendasi berdasarkan pengalaman adalah di toko-toko indo yang terdapat di seluruh Taiwan seperti EEC index, Jawa petikemas, dan toko indo lainnya. Informasi toko indo dapat ditanyakan kepada Wali ranup di wilayah masing-masing.
  6. Penggunaan kartu ATM indonesia. Ini merupakan alternative yang aman untuk bepergian ke Taiwan. Aktifkan dan tanyakan ke bank teman2 di indonesia cara penggunaan ATM kawan-kawan apabila digunakan di luar negeri. Belajarlah dan hafalkan nomor2 pin dengan baik sebelum berangkat ke Taiwan. Sebagai informasi bank-bank di Taiwan umumnya dapat terkoneksi ke bank indonesia melalui switch operator seperti ATM bersama, ATM link, Cirrus, Visa, dan Mastercard. Apabila kartu bank teman-teman punya salah satu logo tersebut, maka tanyakan dan aktifkan fasilitas tersebut sebelum keberangkatan. 
  7. Bank-bank di Taiwan. Pembukaan rekening bank Taiwan hanya bisa dilakukan setelah mendapatkan ARC. Apabila ingin membuka rekening pilihlah bank yang tidak mengenakan biaya terlalu besar untuk transaksi antar bank dan mempunyai fasilitas internet banking dalam bahasa inggris. Diantara bank yang tidak mengenakan biaya besar antara lain: Taiwan Post Bank, standard Chartered, Mega bank, dll. Dan untuk bank yang mempunyai i-banking dlm bhs inggris yang baik adalah Standard Chartered dan Hua Nan bank, ini menurut pengalaman saya dan beberapa teman. Link : http://www.standardchartered.com.tw/en/index.asp
Demikian sharing pengalaman dari saya, semoga dapat membantu.

Wassalam

Sunday, July 15, 2012

Pesan Aa Gym di Bumi Formosa

Oleh: Hendri Ahmadian, Master Student at Chung Hua University, Hsinchu.

Untuk kedua kalinya, Ustadz Abdullah Gymnastiar atau sering di panggil Aa Gym dating dan tampil memukau di hadapan ratusan jamaah Tabligh Akbar di kota Zhongli, Taiwan. Acara tabligh akbar ini diselenggarakan oleh FOSMIT-MLC dan Yayasan Yatim piatu BMI bertempat di Aula Lunggang Junior High School Zhongli, 17 Oktober 2010.

Acara yang di mulai dengan sambutan ketua panitia acara dan dilanjutkan dengan berbagai macam atraksi seni yang di tunjukkan oleh para Buruh Muslim Indonesia (BMI) yang tergabung dalam induk organisasi Keluarga Muslim Indonesia Taiwan (KMITW). dari deklamasi puisi, qasidah, drama dan hiburan musik band islami, Tidak lupa tampil juga dari kalangan mahasiswa group Nasyid FORMMIT.

Acara dilanjutkan setelah shalat Dhuhur dan makan. Kemudian acara dilanjutkan oleh kata sambutan dari Mas Anton Budiyanto, sebagai presiden KMITW, sekaligus mengkilas balik acara-acara yang telah berhasil dilaksanakan oleh KMITW.

Acara yang d itunggu-tunggu akhirnya tiba, pesan dan siraman rohani dari Ustadz Aa Gym. Ustdz Aa Gym masih dengan “style” khasnya tampil dengan senyum dan lawakan segar berhasil menghibur para hadirin di Aula Lunggang Junior High School.

Dalam ceramah selama 2 jam lebih ini, beliau menguraikan tentang 5 hal yang penting yang harus di ingat dalam kehidupan setiap muslim. Pertama, siap menghadapi cocok dan tidak cocok. Kedua, setelah kita siap, kita harus ridha dan diiringi dengan Ikhtiar.

Ketiga, lanjut Ustadz Aa Gym adalah jangan lah kita mempersulit diri. Keempat adalah mengevaluasi diri kita atau dengan bahasa lain adalah bertaubat. “Jangan pernah tinggalkan shalat” kata-kata tersebut selalu beliau ulang karena shalat adalah salah satu media taubat antara hamba dan Pencipta-Nya. Dan terakhir yang kelima adalah cukuplah Allah sebagai penolong.

Banyak pesan-pesan lain yang disampaikan Ustadz Aa Gym, yang intinya agar kita selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Diakhir acara, ustadz Aa Gym mempimpin doa semoga acara yang telah dilaksanakan di berkahi oleh Allah SWT.

Semoga dakwah Islam selalu menjadi penjaga dan penyejuk hati di bumi FORMOSA.

“jagalah hati jangan kau nodai, jagalah hati lentera hidup ini”.

Sumber: Hendri Ahmadian

Sunday, July 8, 2012

Beradaptasi dengan mandarin


Oleh Ibnu Sahidhir, Master student at National Taiwan Ocean University, Keelung-Taiwan.

Sudah hampir setahun Saya berada di tengah-tengah etnis Cina Taiwan, tepatnya di Kota Keelung. Untuk mengobati kangen kampung, Saya ingin berbagi. Saya betul-betul kangen karena memang tidak pernah pulang di liburan semester.

Setahun berlalu namun detaknya masih terasa. Ada gembira saat menonton lucunya Kung Fu Panda 2 dan Yes Man yang saya putar di kabin pesawat. Ada emosi gembira saat mendarat di Tao Yuan International Airport. Ada bahagia saat melihat senyum ramah staf-staf ESIT (Elite Study in Taiwan, sebuah lembaga di bawah Kementerian Pendidikan Taiwan yang membantu mengurus beasiswa). Ada rasa haru saat bertemu rekan-rekan Indonesia. Ada juga yang meneteskan air mata.

Mengenal Mandarin

Pada suatu kesempatan, Saya mengunjungi toko buku terdekat dari tempat Saya tinggal. Banyak buku dilabel permanen sekitar Rp. 25ribu. Mungkin subsidi pemerintah. Namun sayang, walaupun murah dibanding di Indonesia semuanya berbahasa mandarin. Buku yang berbahasa inggris harganya lebih dari tiga kali harga buku terjemahannya. Topiknya pun terbatas pada novel dan art.

Belajar mandarin memang betul-betul beda. Betul-betul sulit. Tidak sama dengan belajar hanacaraka jawa yang merupakan alphabet, kata-kata bisa disusun dengan mudah. Beruntung Saya masuk kelas international, jadi tak perlu baca tulis china.

Sebelum di Keelung, Saya belajar Mandarin di Kota Chung Li tujuannya sekedar mempermudah sosialisasi. Selama bulan pertama kami menjadi siswa pemula di kelas mandarin. Kursus diadakan di Chung Yuan Christian University, universitas yang indah dan rindang. Pengajar Kami, semua perempuan dan masih muda (30-an) , berpakaian sangat santai dan penyabar, membuat semua murid terkesan.

Belajar mandarin cukup menantang. Perlu berpikir beberapa kali. Tulisan China disusun dari gambar yang termodifikasi bertahun-tahun menjadi seperti sekarang ini -disebut karakter. Satu konsep berpikir satu gambar. Belajar mandarin berarti menyusun kembali dunia pengalaman kita dalam gambar, dalam garis-garis yang tak terbaca kecuali setelah cara bacanya dibuat tulisan latin (Pin Yin). Namun demikian, tata bahasa mandarin tidak rumit, mudah dipelajari.
Menghapalkan satu konsep berarti menghapalkan cara menulis garis-garis. Kemudian menghapalkan cara bacanya –termasuk nada- tulisan dan cara baca sering tak berpola. Sama-sama ‘di’ tetapi beda tulisan dan beda arti. Dari latin, kata diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Akhirnya ide dicerna dalam bahasa Indonesia. Kerja yang berat dan sangat membutuhkan konsentrasi penuh. Dengan demikian menuangkan ide dalam bahasa tulis menjadi lebih lama.

生日 = Sheng ri = tone pertama pada sheng = birthday = hari lahir


Solusi untuk masalah ini percakapan. Namun sayang, banyaknya kata yang hampir berhomofon membuat ini juga sulit. Banyak kata-kata yang tidak tepat di lidah Indonesia seperti ‘peng’ dibaca antara e dan o, membedakan zhi, chi, che, qi, shi, she, shei. Ditambah 4 nada yang berbeda.

Ide sering direpresentasikan dalam satu suku kata atau dua, sehingga mendengarkan lebih sulit karena ide disampaikan dengan lebih cepat. Ditambah lagi dengan kata berhomonim dan berhomofon yang sangat banyak dan hanya bisa dibedakan dari tulisan aslinya.

Kalimat jitu
Bergaul dengan mahasiswa internasional ada juga buruknya. Kawan-kawan saya kebanyakan dari Amerika Latin, Asia dan Afrika. Teman sekamar yang sekaligus teman satu lab orang Malaysia. Bahasa inggris sedikit berkembang, mandarin yang dipelajari sebulan pun banyak terlupakan. Sampai sekarang percakapan saya seputar itu-itu juga, tidak bisa dipakai untuk pertarungan nyata. Beda dengan seorang teman yang kawan-kawan labnya orang Taiwan, setahun saja mandarinnya sudah bisa buat pidato di parlemen. Namun walau sulit, saya tetap punya kalimat-kalimat ampuh untuk menyelesaikan pembicaraan.

Suatu hari, kolega professor telepon apakah prof ada. Jikalau prof tak ada, Saya tinggal bilang “lao shi bu zai (guru gak ada).” Kalau dia tidak menutup telepon, kalimat itu tinggal saya ulang sampai dia diam. Kalau ada tamu ke lab saat prof ada di kelas, Saya tinggal bilang, “Lao shi sang ke (guru mengajar).” Saya ulang juga yang ini kalau tamu masih juga tidak angkat kaki. Kalau kewalahan saya ganti jurus “wo bu shuo zhong wen, wo shuo ying wen (Saya tidak bercakap mandarin, saya bisanya inggris).” Nah kalo dia bisa inggris, selamatlah saya, kalau tidak dia harus mengalah pergi. Kadang saya sok-sokan meladeni cakap mandarin dengan tamu. Karena aksen china Saya memang bagus, dia langsung cas cis cus cakap mandarin. Maka jurus terakhir yang paling ampuh adalah “Dui bu qi, wo bu zhi dao (maaf, saya tidak tahu).” Atau kadang juga “Ding bu dong (tidak paham).”

Yang tidak kalah manjur, “please, wo de zhong wen bu hao (Mandarinku jelek).” Kalau dia paham maksud Saya dan tidak nyerocos lagi, Saya akhiri dengan “xie-xie nin (terima kasih).”

Chinglish (Chinese English)

Lidah orang china juga beda kalau bercakap inggris. Sebulan pertama Saya harus berfokus betul-betul untuk menerka ucapan inggris profesor. Sering minta pengulangan kata, membuat Saya segan. Walaupun konteks kalimat sering membantu, kebingungan sering terjadi juga. Orang china kesulitan berucap ‘r’. Suatu kali seorang prof berucap ‘foling’ saya terka pasti ‘fouling’ tapi setelah konfirmasi ternyata foreign.
Mereka sulit juga berucap ‘d’. Saat yang lain, prof berkata ’sitokin’ dan terkaan saya pasti ‘cytokines’ tapi meleset, yang dia maksud adalah ‘pseudogenes’.

Tiga bulan pertama adalah yang tersulit namun juga yang terindah. Saat-saat berikutnya bergaul menjadi lebih mudah tapi kerja riset kadang menutupi keindahan itu.

Source:Ibnu Sahidhir

Tuesday, July 3, 2012

Mahasiswa Aceh Kenalkan Tari Saman di Taiwan

Adalah Okta Handipa, 26, mahasiswa asal Banda Aceh mencoba memperkenalkan budaya Aceh, khususnya ‘Tari Saman’ di Negara Taiwan. Ia merupakan satu dari sekian mahasiswa yang mendapat beasiswa dari Pemerintah Aceh guna melanjutkan studi S2 ke Taiwan.
Bersama sejumlah rekan mahasiswa lainnya yang menuntut ilmu di Chung Hua University, mereka mempromosikan budaya Indonesia, khususnya budaya Aceh. Hasilnya, mereka kerap tampil di acara kampus maupun kegiatan persatuan pelajar indonesia (PPI) Taiwan. Bahkan, kini tarian dan aktivitas mereka dapat diakses via YouTube.



Bergerak dengan motto hidup, ‘Berdoa dan berusaha mesti berjalan beriringan’ itu, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Hanief Ibrahim dan Manfaridah Budiman itu berhasil meraih sukses dalam pendidikannya. Ia mengawali pendidikannya di SD Negeri 54 Banda Aceh, SMP Negeri 2 Banda Aceh dan SMA Negeri 3 Banda Aceh.
Lalu, ia melanjutkan S1 Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota di Universitas Gadjah Mada. Dan terakhir, S2 Jurusan Architecture and Urban Planning, Chung Hua University (sedang ditempuh).
Sebelum berangkat ke Taiwan pada bulan Agustus 2010 lalu, ia telah bekerja di Dinas BMCK Provinsi Aceh (2008-2009) dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya (2009-hingga kini).
Orangtuanya yang berlatar belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan guru, selalu mendukung ia untuk maju. “Sejak kecil, orang tua saya selalu menanamkan agar rajin menuntut ilmu dan tidak malas belajar,” ujar Okta, demikian ia biasa disapa.
Dia mengatakan, usai menamatkan S1 tahun 2008 yang lalu, ia memutuskan mendaftar ke Komisi Beasiswa Aceh. “Memperoleh beasiswa itu bukanlah hal yang mudah. Setelah mengikuti berbagai tahapan seleksi, akhirnya saya lulus dan diterima sebagai calon mahasiswa penerima beasiswa,” ungkap pemuda berwajah tampan dan manis ini.
Menurut Okta, Taiwan merupakan salah satu negara maju dari segi ekonomi, telekomunikasi, transportasi, dan pendidikan. Ditambah lagi, saat ini Pemerintah Taiwan dan Pemerintah Aceh telah menjalin kerjasama di bidang pendidikan dan membuka kesempatan besar bagi mahasiswa Aceh untuk melanjutkan studinya.
“Saat pertama tiba di Taiwan, kesulitan terbesar yang saya rasakan adalah dalam segi bahasa, mengingat Mandarin adalah bahasa nasional Taiwan. Selain itu, dari segi kuliner, mengingat di Taiwan sangat sedikit warung yang menjual makanan halal,” ungkapnya.
Sebagai alternatif, ia memutuskan untuk memasak sendiri, meski dari segi rasa sangat kacau. Sebuah petuah dari pamannya yang selalu ia ingat, ‘Selama kuliah di negeri orang soal makan tujuannya bukan lah untuk enak, tetapi untuk dapat bertahan hidup dan tidak kelaparan.’
Di kampus Chung Hua University, mahasiswa belajar dengan menggunakan dua bahasa, yakni Mandarin dan Inggris. Fasilitas kampus sangat memadai, seperti laboratorium, perpustakaan, sports center, asrama mahasiswa, dan jaringan internet berkecepatan tinggi.
Lanjutnya, hari libur di Taiwan berbeda dengan di Indonesia. “Di Taiwan, mahasiswa libur di hari Kamis dan Jumat,” kata Okta.
Untuk meraih sukses, jangan pernah merasa canggung dan takut bersaing dengan orang lain karena kita juga memiliki kemampuan yang sama dengan orang-orang di luar sana. Jangan pula takut bermimpi dan meraih cita-cita yang tinggi. Karena yang terpenting adalah ketekunan dan kedisiplinan.(zulkifli)
Sumber:Harian Aceh

Aceh Students Orientation on NDHU, Taiwan Sept 2011


Tepat pada tanggal 18 September 2011, beberapa orang mahasiswi Aceh menampilkan tarian Rateub Meuseukat pada acara orientasi mahasiswa baru di National Dong Hwa University (NDHU), Hualien, Taiwan. Acara yang berlangsung sekitar 4 jam ini dibuka oleh President of NDHU dan bertujuan untuk mengenalkan keadaan kampus, peraturan-peraturan kampus, dan tentunya mengumpulkan seluruh mahasiswa-mahasiswa baru yang berasal dari beberapa negara agar dapat saling mengenal. Mahasiswa Aceh diberi kesempatan untuk menampilkan kebudayaan Aceh yang disambut decak kagum oleh pihak universitas, tamu, maupun mahasiswa-mahasiswa yang hadir

 

Monday, July 2, 2012

“Likok Pulo” Dalam Cerita

Oleh: Hendri Ahmadian Master student at Chung Hua University 

Aceh dikenal dengan keaneka ragaman budaya dan istiadatnya. Ada banyak kesenian Aceh yang perlu dilestarikan dan dijaga. Salah satu kesenian tarian Aceh yang telah mendunia adalah tari Saman.  Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dan acara-acara tertentu.

Di event-event kebudayaan di luar negeri, tari Saman sering di tampilkan pada acara pertama kemudian dilanjutkan dengan tari-tari lainnya dan menjadi andalan untuk menarik minat penonton untuk berkunjung.
Didalam negeri, tari Saman telah dijadikan bahan ajar di beberapa sekolah menengah atas di Aceh dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia.

Ada tarian lainnya yang tidak kalah hebatnya dengan tarian Saman yaitu tari Likok PuloBersumber dari wiki, tari Likok Pulo lahir sekitar tahun 1849. Tari ini diadakan sesudah menanam padi atau sesudah panen padi, biasanya pertunjukan dilangsungkan pada malam hari bahkan jika tarian dipertandingkan dapat berjalan semalam suntuk sampai pagi. Tarian dimainkan dengan posisi duduk bersimpuh, berbanjar, atau bahu membahu.
Ada beberapa tawaran untuk kami menampilkan tari Likok Pulo. Tawaran pertama untuk menampilkan seni dan budaya Indonesia, kami terima dari pihak universitas tempat kami kuliah. Dan tawaran kedua dari panitia konferensi Ilmiah Internasional AISC Taiwan yang diselenggarakan oleh FORMMIT. Terakhir ada diminta tampil untuk mengisi pembukaan acara deklarasi Persatuan Pelajar Indonesia cabang Taiwan.

Saat tawaran-tawaran itu kami didiskusikan, ada yang dari kami “senyum-senyum”. “Bagaimana pas waktu tampilnya ya..hehehe” celutuk kawan. Tawaran ini kami terima, memang kawan-kawan ada yang belum menari apalagi menari didepan orang banyak, tapi kami harus tampil apapun resikonya. “Kapan lagi kita mau coba, kalau bukan sekarang”. Kata kawan saya pada saat diskusi tersebut.
“Budaya Indonesia kita promosi, dengan orang lain kita bisa kenal dan hitung-hitung badan kita bisa sehat…hehehe” tambahnya.
Belajar dan berlatih keras adalah kunci dari sebuah perjuangan. Itulah yang kami lakukan untuk belajar gerakan tari Likok Pulo. Tidak mudah memang. Tanpa guru alias kami belajar sendiri. Kami belajar dari video, yang kami unduh dari youtube. Terima kasih untuk youtube..hehe
Disela-sela kesibukan perkuliahan yang padat, kami mengambil inisiatif untuk latihan pada malam hari sekitar jam 9 malam hingga jam 11 malam. Kami latihan sekitar 2-3 jam. Tidak ada pelatih. . Total waktu kami latihan selama 3 minggu.

Penampilan Perdana
Acara pertama kami untuk tampil adalah The First Annual Indonesian Scholars Conference (AISC) Taiwan.
Acara tersebut dihadiri baik dari Indonesia dan dari Taiwan. Sungguh bangga rasanya bisa menampilkan tarian ini kepada penonton.
Apalagi orang yang belum pernah melihat tarian ini secara langsung. Secara keseluruhan penampilan perdana tari likok pulo dalam acara konferensi  ilmuan Indonesia di AISC 2010 di Southern Taiwan University, Tainan tidak mengecewakan. Banyak kritikan dan pujian yang kami dapat.
Kami ingat hari itu tanggal 20 Maret 2010. Sehari sebelum acara kami harus tiba di tempat acara. Karena jauhnya tempat acara sekitar 5 jam perjalanan, memaksa kami untuk tiba ditempat acara beberapa jam sebelum acara di mulai. Kami “start” dari rumah jam 8 malam dan tiba di lokasi acara sekitar jam 2 dinihari.

Penampilan Kedua
Kesempatan untuk tampil kedua datang di acara 20th Anniversary Chung Hua University. Pada acara Ulang Tahun yang ke 20 Chung Hua University, koordinator  Program Internasional Chung Hua University meminta kepada setiap mahasiswa Internasional untuk  menampilkan seni dan kebudayaan masing-masing.
Segala persiapan kami lakukan untuk persembahan yang terbaik. Dan juga belajar dari kesalahan di penampilan perdana kemarin, kami coba evaluasi. Dan akhirnya, kelelahan dan kerja keras terbayar dengan tepuk tangan dan semangat dari penonton. Secara umum penampilan kedua lebih baik dari sebelumnya..
Setelah penampilan kedua, kami diminta untuk tampil dalam Acara deklarasi Persatuan Pelajar Indonesia cabang Taiwan.

Penampilan Ketiga
Acara tersebut bertepatan dengan hari pendidikan Nasional, 2 Mei 2010. Acara yang berlangsung di kampus Chuang Yuan Cristian University dihadiri oleh ratusan kawan-kawan mahasiswa Indonesia. Acara ini juga disaksikan oleh para tamu baik dari Indonesia dan Taiwan. Musik mulai diputar, kami berusaha tenang. Gerakan demi gerakan kami lalui. Dan akhirnya sampailah dengan musik terakhir. Dan penampilan itu ditutup dengan sempurna. Perasaan campur aduk kami dapatkan setelah kami selesai menari. Senang dan bangga.
Kritikan kami jadikan evaluasi untuk penampilan tari Likok pulo untuk event-event selanjutnya. Ada keinginan yang sangat kuat dan semangat dari kami untuk tetap menjaga warisan budaya kita sendiri. Hiduplah budaya Indonesiaku.

Sumber:Hendri

Pelajaran Penting dari Pilpres Taiwan

OLEH KHAIRUL RIJAL, anggota Asia University Indonesian Student Association, Taichung-Taiwan.

TUNTUTLAH ilmu hingga ke negeri Cina. Begitu bunyi salah satu sabda Nabi Muhammad saw. Tidak dapat dipungkiri bahwa Cina dari dulu sampai sekarang adalah bangsa yang terdepan dari sisi keilmuan walaupun menganut paham komunis. 

Taiwan atau disebut juga Republik China berbeda dengan Republik Rakyat China/RRC yang beribu kota di Beijing. Ada persoalan politik yang mengganjal akibat masa lalu, namun “anehnya” dari sisi ekonomi kedua negara ini seiring sejalan. 
Tanggal 14 Januari 2012 akan ada pesta demokrasi empat tahunan terbesar di Republik Cina, yaitu pemilihan presiden (pilpres) dan wakil presiden Taiwan ke-13 dan juga menjadi pemilihan secara langsung yang kelima kalinya. Pemilihan ini bersamaan dengan pemilihan anggota legislatif Taiwan. 

Hampir sama dengan Pilkada Aceh, dari tiga capres baru ada dua kandidat yang bersaing cukup ketat dalam beberapa hasil polling di Taiwan, yaitu sang incumbent, Presiden Ma Ying-jeou yang juga Ketua Partai Koumintang (Partai Nasionalis Cina/PNC) dan Ketua Partai Progresif Demokratik/PPD yang juga seorang perempuan, Tsai Ing-wen. 

Janji kampanye kedua kandidat ini sangat berbeda, sehingga memecah suara pemilih. Walaupun PNC adalah partai yang mendirikan Negara Taiwan saat berselisih dengan RRC pada tahun 1949, namun arus politik partai telah berubah. Mereka mempunyai visi untuk bersanding dengan RRC dalam hal kerja sama ekonomi dan perdagangan dan tidak menutup kemungkinan untuk bersatu di masa mendatang. 

PPD mengusung ide nasionalisme dengan mengangkat kebebasan politik dan kemajuan Taiwan yang sudah mereka raih dan khawatir ini semua akan berubah saat bekerja sama, apalagi bergabung jadi satu dengan RRC. Perbedaan ideologi ini membuat analis sulit memprediksi siapa pemenang kali ini. 

Data terakhir dari Global Views Survey Research Center, Presiden Ma unggul tipis dari Tsai dengan 38,9% berbanding 38,6%. Isu-isu yang dikembangkan sangat “panas” dan media mengupasnya secara provokatif. Namun, di kalangan masyarakat tidak ada aksi unjuk rasa untuk menunda pemilihan maupun mengubah UU Pemilu, apalagi aksi kekerasan. Masyarakat Taiwan sangat patuh kepada peraturan perundang-undangan dan menghormati setiap keputusan lembaga tinggi negara.

Suasana kampanye pemilihan presiden di Taiwan sangat berbeda dengan Indonesia. Saya bersama seorang teman, Usuluddin Andrea, pada Jumat malam, 4 Oktober 2011 berkesempatan mengikuti kampanye Presiden Ma. Acara kampanye tertutup ini dilaksanakan di Gedung Gymnasium Asia University, Taichung, Taiwan Tengah. 

Pengamanan gedung luar biasa ketat oleh pasukan pengamanan presiden (paspampres), namun tidak berlebihan. Tidak ada jalan yang ditutup, tidak ada blokade ring 1, 2, 3 dan seterusnya. Kami bahkan diizinkan masuk ke dalam gedung untuk menyaksikan secara langsung kampanye tersebut. 

Presiden Ma sangat bersahabat. Saat diberi kesempatan bicara, secara spontan dia turun dari panggung dan menyapa seluruh peserta kampanye yang hadir sekitar 2.000-an orang. Dia berdialog dan memaparkan programnya ke depan langsung dengan rakyatnya. Gaya dan aksinya sangat lincah walau kami tidak fasih berbahasa Mandarin, tapi bisa menangkap maknanya bahwa dia akan meneruskan program pemerintah dan akan membawa Taiwan ke arah yang lebih baik. 

Di akhir acara ada sesi salaman dan foto bersama di panggung. Semua peserta kampanye boleh ikut naik panggung. Bayangkan, betapa hebatnya presiden ini, mau duduk-bangun dan menyalami ribuan orang dalam waktu yang singkat serta menjadi orang yang terakhir pulang saat semua peserta kampanye sudah pulang. Sampai-sampai saya ingin naik panggung untuk bersalaman dan berfoto. Tapi akhirnya dilarang dengan santun oleh paspampres, karena saya bukan peserta, juga bukan warga negara Taiwan. Saya warga Indonesia kelahiran Pidie yang saat ini kuliah S2 di Asia University, Taichung, Taiwan. 

Sepanjang yang saya amati, tidak ada pembagian “angpau” dan barang apa pun kepada peserta, kecuali bendera kecil Taiwan dan beberapa brosur berupa program kerja dari Presiden Ma.

Sungguh pengalaman yang sangat berkesan dan banyak pelajaran penting yang bisa diambil untuk Indonesia, lebih khusus lagi untuk Aceh yang bakal segera menggelar pilkada. 

Taiwan telah membuktikan bahwa model berpolitik santun seperti ini mampu membawa mereka menjadi salah satu negara yang maju di dunia walaupun tidak semua negara, termasuk Indonesia, mengakui mereka sebagai sebuah negara. (*) 


Sumber:Serambi Indonesia

Realitas Sikap Pragmatisme di Aceh

Oleh: Azhar Mahmud, Master student of Biological Sciences and Technology, National University of Tainan, Tainan-Taiwan.
Pragmatisme merupakan salah satu istilah yang mungkin asing bagi masyarakat namun realitanya sangat mendominasi kehidupan masyarakat Aceh dewasa ini. Seringkali kita dengar ungkapan ”kita mesti realistis!” Bahkan lebih parah lagi diantara mahasiswa aktivis pergerakan mulai lancar melafalkan ”idealisme telah mati, pragmatisme adalah kebutuhan zaman.” Sepintas kalimat tersebut terasa ringan diucapkan, namun memiliki pengaruh yang sangat mendasar.

Pragmatisme berasal dari bahasa yunani "pragma" yang berarti perbuatan (action) atau tindakan (practise). Isme berarti ajaran, aliran, paham. Dengan demikian, pragmatisme berarti ajaran/aliran/paham yang menekankan bahwa pemikiran itu mengikuti tindakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pragmatisme berarti kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham/doktrin/gagasan/ pernyataan/dsb) bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia. Sedangkan pragmatis berarti bersifat praktis dan berguna bagi umum, bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan), mengenai atau berkenaan dengan nilai-nilai praktis. Karena itu, pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah faedah atau manfaat. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh pragmatisme "benar" jika membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori itu benar jika berfungsi atau berorientasi pada kemanfaatan.

Ide tersebut merupakan budaya dan tradisi berpikir Amerika khususnya dan Barat pada umumnya yang lahir sebagai sebuah upaya intelektual untuk menjawab problem-problem yang terjadi pada awal abad 20.Pragmatisme dirintis di Amerika Serikat oleh Charles S. Pierce (1839-1942) yang kemudian dikembangkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952). Munculnya paham ini tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ajaran/paham lainnya pada abad Pertengahan (renaissance), yaitu ketika terjadi pertentangan yang tajam antara gereja dan kaum intelektual. Pertentangan itu menghasilkan kompromi: pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme), sebagai asas yang menjadi pondasi Kapitalisme.

Pragmattisme merupakan pemikiran cabang kapitalisme. Hal ini tampak dari perkembangan sejarah kemunculan pragmatisme yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari empirisme. Empirisme adalah paham yang memandang bahwa sumber pengetahuan adalah empiri atau pengalaman manusia dengan menggunakan panca inderanya. Dalam konteks ideologis, pragmatisme berarti menolak agama sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kekeliruan ide ini dapat ditinjau dari tiga sisi. Pertama, pragmatisme mencampuradukkan kriteria kebenaran ide dan kegunaan praktisnya. Padahal kebenaran ide adalah suatu hal , sedangkan kegunaan praktis ide itu adalah hal lain. Kebenaran suatu ide diukur dari kesesuaian ide itu dengan realita. Sedangkan kegunaan praktis suatu ide untuk memenuhi hajat manusia tidak diukur dari keberhasilan penerapan ide itu sendiri. Jadi, kegunaan praktis ide tidak mengandung implikasi kebenaran ide, tetapi hanya menunjukkan fakta terpuaskannya kebutuhan manusia.

Kedua, pragmatisme menafikan peran akal manusia, menetapkan kebenaran sebuah ide adalah aktivitas intelektual dengan menggunakan standar-standar tertentu. Sedangkan penetapan kepuasan manusia dalam pemenuhan kebutuhannya adalah identifikasi naluriah. Memang, identifikasi naluriah dapat menjadi ukuran kepuasan manusia dalam memuaskan hajatnya, tetapi tidak dapat menjadi ukuran kebenaran sebuah ide. Artinya, pragmatisme telah menafikan aktifitas intelektual dan menggantinya dengan identifikasi naluriah. Dengan kata lain, pragmatisme telah menundukkan keputusan akal pada kesimpulan yang dihasilkan dari identifikasi naluriah.
Ketiga, pragmatisme menimbulkan relativitas dan kenisbian kebenaran sesuai dengan perubahan subjek penilai ide-baik individu, kelompok, maupun masyarakat- serta perubahan konteks waktu dan tempat. Dengan kata lain, kebenaran hakiki pragmatisme baru dapat dibuktikan menurut pragmatisme itu sendiri setelah melalui pengujian kepada seluruh manusia dalam seluruh waktu dan tempat. Ini jelas mustahil dan tidak akan pernah terjadi. Oleh karena itu, pragmatisme berarti telah menjelaskan inkonsistensi internal yang dikandungnya dan menafikan dirinya sendiri.

Bahaya pragmatisme
Pragmatisme pada akhirnya bersifat destruktif dan menyebabkan inkonsistensi pada pelaku/penganutnya. Sikap pragmatis cenderung menempuh segala cara untuk mencapai kepentingannya dengan mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran. Secara otomatis, sikap pragmatis ini tidak akan memberikan kontribusi apapun dalam menyelesaikan problematika kehidupan, justru sebaliknya akan mendatangkan bahaya secara permanen yang mampu merusak nilai-nilai kebenaran secara sistematis.

Dalam ranah kehidupan publik yang terjadi dewasa ini di tempat kita khususnya di Aceh, pelaku pragmatisme politik berarti mereka hanya melihat kepentingan jangka pendek yang menguntungkan diri dan kelompoknya tanpa memperdulikan nasib Aceh secara jangka panjang dan berkelanjutan. Bermanfaat atau menguntungkan sesaat bukan berarti benar, tetapi hanya sekedar memuaskan hawa nafsu. Di sinilah sikap plin-plan dan tidak punya pendirian sangat kentara terlihat. Begitu kemanfaatan jangka pendek hilang, mereka akan mencari kemanfaatan lain. Akibatnya, persoalan utama yang dihadapi masyarakat tidak akan pernah terselesaikan. Lagi-lagi, rakyat jelatalah yang menjadi korban. Pendekatan Politik hanya sebagai alat untuk melestarikan kepentingan elit-ellitnya saja dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat. Fenomena itu di Aceh berlangsung sangat lama dan sistematis.

Ditandatanganinya nota kesepahaman (MoU) antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 2005 menjadi babak baru untuk menghentikan peperangan, dengan demikian Acehpun mendapatkan berbagai ruang untuk menentukan perbaikan nasib yang lebih baik, misal Aceh berhak mendirikan partai lokal. Kehadiran partai lokal misal salah satunya Partai Aceh yang merupakan bentukan pejuang-pejuang Aceh mendapatkan sambutan hangat dari publik, sambutan ini begitu fenomenal. Pada saat yang sama kita melihat dengan jelas banyak pihak merapat dengannya, kalaulah mereka semua memikirkan untuk perbaikan nasib Aceh alhamdulillah, tetapi bila semua itu hanya sebatas politik keuntungan politik, maka lagi-lagi rakyat yang menjadi korban dengan sikap pragmatisme ini.

Dalam konteks yang lebih luas ada partai-partai Islam yang rela mengorbankan idealisme Islam demi kepentingan kekuasaan. Suara Islam yang sebelumnya digemakan dalam kampanye lenyap begitu saja saat virus pragmatisme menjangkiti partai-partai tersebut. Deal-deal yang muncul hanyalah siapa memperoleh apa. Perbedaan ideologi, paham, platform, visi, dan misi tidak lagi diperhatikan. Partai Islam bisa bergabung dengan partai-partai yang telah terbukti berkhianat sekalipun tanpa rasa berdosa dengan dalih sama-sama memperjuangkan perbaikan. Oleh karena itu, sikap pragmatisme politik bisa mencederai agama yang menjadi dasar eksistensi partai-partai Islam. Sebagai contoh sikap partai Islam yang tengah ’kerasukan’ virus ini adalah saat berbicara tentang wanita menjadi presiden. Haramnya wanita menjadi presiden/gubernur/walikota/bupati dipropagandakan untuk mencegah naiknya calon dari lawan politiknya. Namun, saat situasi politik berubah dan tidak ada pilihan lain kecuali wanita, dibuatlah pembenaran-pembenaran untuk menerima wanita sebagai pemimpin. Alasannya sama, yakni kemaslahatan ummat. 

Iklim tersebut juga kerap terjadi di Aceh bahkan tidak sedikit generasi-generasi Aceh yang punya prinsip demikian. Tidak sedikit generasi sekarang yang dulunya aktivis mahasiswa berpendapat kalau prinsip seperti waktu mahasiswa maka tidak bisa berbuat apa-apa untuk kemajuan dan kebenaran. Hasilnya nyaris tidak terlihat lagi mereka yang terlibat didalam sistem kekuasaan "mau menyuarakan bagaimana seharusnya yang pantas demi kebenaran". 

Hemat saya, bagaimanapun kondisi Aceh kekinian banyak mengalami perubahan-perubahan yang mendasar walaupun masih terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam hal membangun perubahan memang tidak mudah, tidak sedikit personal atau pihak yang menentang, mempropaganda, dan berusaha menciptakan iklim instabilitas, kondisi demikian seyogianya mampu menyadarkan rakyat dan pemimpinnya untuk bertindak dan berusaha memperbaikinya bersama generasi- generasi Aceh yang masih punya komitmen, ikhlas dan tidak pragmatis. Mudah mudahan kita semua akan menuju kepada hal yang lebih baik dan dilindungi oleh Nya

Sunday, July 1, 2012

Beasiswa Pemerintah Taiwan


Mulai tahun 2004, empat lembaga pemerintah Taiwan, Kementrian Pendidikan (MOE), Kementrian Luar Negeri (MOFA), Kementrian Urusan Ekonomi (MOEA), dan Badan Riset Nasional Ekesekutif Yuan (NSC), bersama-sama menawarkan program beasiswa Taiwan untuk mendorong para mahasiswa internasional  berprestasi untuk mengambil gelar pendidikan di Taiwan.

  • Beasiswa Kementrian Pendidikan (MOE Scholarship)
    • Penerima beasiswa berasal dari negara selain negara yang ditentukan dalam Beasiswa MOFA.
    • Untuk program sarjana maupun pasca sarjana, kantor luar negeri/kedutaan Taiwan dapat juga menyediakan  Mandarin Language Enrichment Program (LEP) bagi penerima beasiswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa
    • Besarnya beasiswa adalah NT$25,000 (sekitar US$833) per bulan untuk tingkat sarjana atau LEP, dan NT$30,000 untuk program pasca sarjana.
  • Beasiswa Kementrian Luar Negeri (MOFA Scholarship)
    • Penerima beasiswa berasal dari negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan ROC (Taiwan) atau negara lain yang ditentukan oleh kementrian luar negeri.
    • Untuk program sarjana maupun pasca sarjana, kantor luar negeri/kedutaan Taiwan dapat juga menyediakan Mandarin Language Enrichment Program (LEP) bagi penerima beasiswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa
    • Cakupan beasiswa:1 tiket kelas ekonomi penerbangan langsung internasional, ditambah dengan biaya hidup NT$30,000 (sekitar US$1000) per bulan
  • Beasiswa Kementrian Urusan Ekonomi (MOEA Scholarship)
    • Penerima beasiswa berasal dari negara selain negara yang ditentukan dalam Beasiswa MOFA
    • Hanya untuk program pasca sarjana
    • Besarnya beasiswa adalah NT$30,000 per bulan
  • Beasiswa Badan Riset Nasional (NSC Scholarship)
    • Penerima beasiswa berasal dari negara selain negara yang ditentukan dalam Beasiswa MOFA
    • Program pasca sarjana di bidang sains dan teknologi (fisika, kimia, matematika, teknik, kedokteran, dan pertanian)
    • Besarnya beasiswa adalah NT$30,000 per bulan
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi website Beasiswa Taiwan

Sumber:ESIT

Muhasabah Online Mahasiswa Aceh di Taiwan

OLEH KHAIRUL RIJAL, anggota Asia University Indonesian Student Association, Taichung-Taiwan.

GEMPA bumi dan tsunami yang terjadi tujuh tahun lalu telah membawa perubahan besar bagi Aceh. Di antaranya adalah lempangnya jalan menuju damai dan status Aceh diakui menjadi daerah otonomi khusus. Selain itu, manfaat yang dirasakan Aceh pascatsunami makin berlimpah uang, baik melalui dana otonomi khusus maupun dana lainnya.

Tak dapat dibantah, sangat pantas jika disebutkan bahwa beasiswa Aceh yang diperoleh para mahasiswa Aceh yang sedang/sudah studi di Taiwan adalah berkat pengorbanan nyawa ratusan ribu masyarakat Aceh, sehingga sudah selayaknya selaku mahasiswa kita bersyukur dan mendoakan mereka, serta nantinya kembali ke Aceh untuk membangun nanggroe sebagai bentuk pertanggungjawaban kita terhadap mereka yang telah meninggalkan kita. 

Demikian inti tausiyah Ustaz Dedi, mahasiswa Aceh di NTOU Taiwan. Pada hari Ahad (25/12/2011) pukul 20.00 PM waktu Taiwan, 40 orang lebih mahasiswa Aceh yang tersebar di sembilan kampus dari utara ke selatan Taiwan (NTOU-Keelung, NTUST-Taipei, NYUST-Yunlin, NUU-Miaoli, CHU-Hsinchu, YZU-Neili, AU-Taichung, NTNU-Tainan, dan NDHU-Hualien) menghadiri Muhasabah Online Gempa dan Tsunami Aceh via Skype. Acara ini juga diikuti Hendri di Banda Aceh dan Nawawi di Turki. 

Acara dimulai oleh moderator Kahlil (dari AU) yang memanggil semua peserta sekaligus membuka acara, dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci Alquran oleh Usuluddin (AU). Setelah tausiyah, acara dilanjutkan dengan berbagi kisah. Diawali oleh Kahlil yang saat itu sedang kuliah di Jakarta dan terlambat mengetahui peristiwa tsunami yang meluluh-lantakkan Aceh. Alhamdulillah, orang tuanya di Desa Limpok selamat, tapi beberapa saudaranya terkena musibah. 

Ustaz Dedi (dari NTOU) berkisah, pada hari tsunami itu ia berada di Punge Blang Cut Banda Aceh (belakang asrama polisi) yang dengan pertolongan Allah bisa selamat. Namun, penyesalannya teramat besar karena ada mendengar permintaan tolong seseorang, tapi terpaksa ia abaikan karena ia sendiri dalam kondisi sulit saat itu. 

Selanjutnya, Gunar (YZU) menceritakan bahwa pada hari Ahad itu ia baru selesai menonton serial Doraemon, kemudian terjadi gempa dahsyat disusul tsunami sehingga menimbulkan kepanikan luar biasa. Ia harus mengungsi dan akhirnya menderita ISPA saat air mulai surut dan debu mulai beterbangan. 

Terakhir Hendri yang saat itu berada di Darussalam Banda Aceh dan melihat warga berlarian dan bersedih karena kehilangan anggota keluarga. Hendri bahkan kesulitan mencari jalan pulang ke rumah keluarganya di Lamlagang, saking banyaknya sampah dan mayat.

Walau muhasabah ini melalui dunia maya, namun suasana haru tetap membuncah. Banyak peserta yang tak mampu bersuara untuk berbagi kisah, karena teringat akan orang-orang dicintai yang telah pergi dan bahkan tidak diketahui di mana jenazah dan kuburnya. 

Terbersit tekad dalam dada untuk melakukan yang terbaik bagi mereka yang telah mendahului kita dengan membangun Aceh yang lebih baik. Acara yang berlangsung 1,5 jam ini ditutup dengan kesimpulan dan doa. Beberapa poin penting yang saya catat adalah semua kita diimbau menarik hikmah dari musibah ini sebagai motivasi untuk terus belajar sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing yang insya Allah akan bermanfaat bagi Nanggroe. Kemudian, tetaplah menjalin silaturahmi dan bersatu atas nama Aceh melalui grup Aceh-Taiwan Ranup Lampuan dan sesekali melakukan pertemuan darat. 

Selain itu, terus kembangkan apa yang sudah diraih, yaitu prestasi akademik dengan menampilkan presentasi di even konferensi internasional dan terlibat aktif dalam penyusunan jurnal serta prestasi bidang sosial kebudayaan/kemasyarakatan. Mahasiswa Aceh harus menjadi yang terdepan dan menjadi juara dalam setiap penampilan dan perlombaan, seperti lomba tari saman dan kompetisi lainnya. 

Di samping itu, mahasiswa asal Aceh yang saat ini menjadi pemimpin dalam beberapa organisasi kemahasiswaan Indonesia di Taiwan, perlu ikut berkiprah membina para TKI melalui jalur pendidikan serta penyebaran syiar Islam di negeri atheis ini. 

Sebagai individu, lepas dari konflik dan sergapan tsunami, orang Aceh sangatlah luar biasa. Bagaimana jadinya jika kita semua bersatu? Pastilah Aceh akan lebih maju dan sejahtera.

Secara lengkap bisa disimak disini:


Tulisan ini juga dipublish di Serambi indonesia (online)