OLEH AMELIA IMRON IKOB, Penerima Beasiswa Pemerintah Aceh Program Taiwan 2012 di National Cheng Kung University, Tainan-Taiwan.
SEJAK September 2012 saya menempuh pendidikan S-2 pada Program International MBA (IMBA) di National Cheng Kung University (NCKU), Tainan, Taiwan, atas biaya Pemerintah Aceh. Banyak hal menarik saya temui di Taiwan, termasuk mengamati keseriusan teman-teman dalam belajar. Mereka sanggup menghabiskan waktu berjam-jam membaca, mencari referensi, atau mengerjakan tugas di perpustakaan.
Karena penasaran seperti apa pustaka yang membuat mereka betah duduk lama, saya pun berkunjung ke pustaka tersebut. Ternyata, saat ini saya pun telah menjadi salah satu fans dari pustaka dimaksud.
Modern dan nyaman, itulah kesan saya saat berkunjung pertama kali ke Perpustakaan Induk (Main Library) NCKU. Kesan pengap, buku-buku tua, dan lusuh yang mungkin selama ini ada di kepala kita saat mendengar kata pustaka, terbantahkan langsung ketika kita menginjakkan kaki di gedung berarsitektur modern ini.
Pustaka yang buka dari pukul 08.20-22.00 ini terdiri atas tujuh lantai. Dua lantai bawah tanah, lima lantai ke atas. Selain koleksi buku yang lengkap, setiap lantai di perpustakaan ini dilengkapi dengan meja belajar dan membaca, ruang diskusi, ruang fotokopi dan terima telepon, serta sambungan internet yang sangat cepat. Penyejuk ruangan berfungsi sangat baik, membuat suasana sangat nyaman.
Bila ingin mencari buku dan koleksi lain di pustaka, pengunjung dapat mempergunakan akses komputer yang tersedia di setiap lantai. Jangan khawatir bila Anda tak mengerti bahasa Mandarin, karena setiap petunjuk yang ada di pustaka ini menggunakan dua bahasa: Inggris dan Mandarin. Petugas perpustakaan, rata-rata adalah mahasiswa NCKU, juga sigap membantu bila memang diperlukan. Mereka ramah dan mau menunjukkan letak rak buku yang Anda cari atau mengunduh file yang Anda inginkan ke email Anda.
Ada dua hal yang sangat menarik dari perpustakaan ini. Pertama, adanya “rak bergerak”. Bentuk rak ini sebenarnya hampir sama dengan rak buku lain, tapi kemampuannya untuk bergerak itu yang bikin menarik. Dengan menekan tombol, rak besar ini dapat bergeser ke kanan dan kiri sesuai arah tombol yang kita tekan.
Pertama melihat rak ini, saya berpikir bagaimana bila ada orang yang sedang berada di tengah rak sementara orang lain menekan tombol, apakah tidak membuatnya terjepit? Ternyata tidak, rak ini dilengkapi dengan alat sensor pada bagian bawah rak, sehingga siapa pun yang berada di bagian tengah ketika rak bergerak dapat menginjak alat tersebut dan seketika rak akan berhenti. Sangat modern!
Hal menarik kedua adalah adanya sistem perpustakaan berupa website yang dapat diakses dari mana saja, bahkan dari rumah sekalipun. Selain dipergunakan untuk mencari katalog buku, artikel, jurnal atau sumber lain yang diperlukan, Anda juga dapat mengetahui apakah buku/sumber yang Anda cari tersebut tersedia atau tidak untuk dipinjam. Jika ternyata buku yang Anda inginkan sedang dipinjam, maka Anda dapat memesan untuk meminjamnya pada tanggal yang tersedia. Tentunya Anda harus pergi ke perpustakaan untuk mengambil buku tersebut. Begitu pula untuk jurnal dan e-thesis, Anda dapat bebas mengunduhnya melalui website ini dan gratis!
Saya sering berkunjung ke sini untuk belajar atau berdiskusi dengan kelompok bila ada tugas. Setiap meja bacanya dilengkapi dengan lampu dan adaptor listrik. Sedangkan untuk ruang berdiskusi, perpustakaan menyediakan ruangan khusus kedap suara. Dengan jumlah minimal empat orang dan menunjukkan student ID, Anda dapat memesan ruangan yang dilengkapi dengan white board dan spidol. Orang lain pun tidak terganggu dengan suara dari diskusi Anda.
Cuma, pengunjung di sini sangat memperhatikan ketenangan. Jadi, jangan coba-coba bicara (kecuali berbisik) atau menerima telepon selain di ruangan yang ditentukan. Mata semua pengunjung bakal tertuju kepada Anda atau bahkan mereka akan mengomeli Anda.
Nyaman dan modern. Itulah dua hal yang menjadi kunci perpustakaan ini. Saya percaya, dengan fasilitas seperti ini pustaka akan menjadi tempat favorit untuk dikunjungi. Bila mau, kita pun di Aceh dapat membuat pustaka seperti ini dan rasanya tak akan ada orang yang menolak bila diajak ke pustaka. Cuma, apakah kita mau?
Artikel ini juga dipublish di Serambi Indonesia(online)
0 comments:
Post a Comment