OLEH AMNA AFGANURISFA, Mahasiswa Magister Psikologi Asia University dan Asisten Dosen Psikologi pada FK Unsyiah, Taichung-Taiwan
Rokok. Bakar dan hisap. Kerja yang sangat gampang dan santai bukan? Tidak butuh energi banyak ketika menikmati rokok dan tanpa peduli akibat yang terjadi setelah menghisapnya. Kalimat yang sering keluar ketika larangan rokok itu dikeluarkan adalah: “kan uang saya sendiri? Kan yang mati dan yang sakit juga saya?” inilah segelintir kalimat-kalimat dari sang maniak rokok yang sangat susah dan butuh waktu untuk bisa menghentikannya.
Tanpa diketahui bahwa ketika asap rokok masuk ke paru-paru, maka 4.000 jenis racun pun akan ikut masuk ke dalam paru-paru Anda beserta 43 senyawa penyebab kanker. Apa jadinya, jika setiap hari selama beberapa kali sehari rokok itu dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh Anda? Hal ini menyebabkan setiap menit 10 orang meninggal karena merokok.
“Wooow,… angka yang sangat fantastis untuk penyebab yang kelihatannya begitu ringan.”
Fakta yang mengejutkan dari sebuah situs kesehatan cancerhelps dan badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 tingkat dunia. Indonesia memiliki kurang lebih 65 juta perokok atau 28 % per penduduk (138 miliar batang per tahun). Hal mengejutkan lainnya bahwa jumlah perokok Indonesia justru bertambah dalam 9 tahun terakhir.
Hal senada diungkapkan oleh data Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan, bahwa saat ini sekitar 20 persen dari satu miliar perokok di dunia adalah wanita. Di Indonesia sendiri, persentase perokok semakin hari semakin meningkat dan di Indonesia persentase pria sebanyak 65.9% sementara wanita 4.5%.
Kebiasaan yang sudah mendunia dan bisa dikatakan telah mendarah daging di kalangan masyarakat dunia, sangat susah dan butuh proses yang sangat lama untuk menghentikannya. Benda yang satu ini sangat familiar di sudut belahan dunia. Di Indonesia, rokok bukan lagi barang asing, bahkan dari segi usia baik kecil, dewasa maupun orangtua.
Belajar dari hal yang kecil, yang mungkin luput dari pantauan kita semua, di kota-kota Indonesia terdapat berbagai jenis iklan rokok yang bertebaran dimana-mana, poster, billboard, baliho tentang iklan rokok dipasang tepat di depan pintu pagar sekolah atau area sekolah, kantor, bahkan rumah sakit. Iklan yang terbiasa dilihat setiap hari akan menjadi stimulasi tersendiri kepada para pengguna untuk selalu mencoba dan mencoba tentang kenikmatan yang ditawarkan dalam iklan tersebut.
Hal ini sangat miris, jika diperhatikan di setiap belahan dunia, yang jarang terdapat iklan rokok di kawasan sekolah, rumah sakit dan tempat umum lainnya. Salah satunya yang terdapat di negara kecil bernama Taiwan. Di negara ini, iklan rokok tidak dipasang di sekitar area sekolah, kantor dan rumah sakit.
Di setiap universitas di Taiwan selain terdapat tanda peringatan dilarang merokok juga terdapat peringatan tentang denda bagi mahasiswa yang merokok di area kampus. Hal ini terbukti dapat “menghapuskan” angka perokok di area kampus. Hampir bisa dikatakan setiap mahasiswa, dosen dan staff tidak ada yang merokok di kampus.
Adapun jumlah yang harus dibayar apabila terdapat atau terbukti mahasiswa merokok di kampus sebesar 10.000 Dolar Taiwan atau hampir setara dengan angka 3,5 juta rupiah. Setiap mahasiswa yang melihat temannya merokok di kampus boleh melaporkan ke pihak kampus. Caranya mengambil gambar/foto si perokok kemudian ditunjukkan ke bagian kampus sebagai bukti, perokok akan dikenakan hukuman denda dan si pelapor mendapatkan hadiah dari pihak sekolah dimana denda si perokok akan menjadi reward bagi si pelapor.
Dan benar adanya, peringatan dan hukuman di kampus ini efektif di Taiwan. Terutama di kampus saya sendiri (Asia University). Menapaki akhir semester ketiga ini saya belum pernah menemui satupun teman, dosen dan staf yang merokok di area kampus.
Hal ini menjadikan area kampus adalah tempat yang sangat dicintai bagi mereka-mereka yang antirokok. Kampus ini memiliki cara unik tersendiri untuk membersihkan area kampus karena puntung rokok yang tercecer dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Setiap pagi selain petugas khusus delegasi kampus juga ditemani oleh beberapa mahasiswa tingkat strata-I (S1) yang telah punya jadwal hariannya untuk membantu mencarikan puntung rokok yang tercecer di kampus. Kegiatan ini dilakukan hampir setiap pagi dengan tujuan demi memberantas perokok di kalangan mahasiswa kampus.
Semoga trik dan langkah-langkah dalam tulisan ini bisa menginspirasi gerakan mahasiswa nanggroe Seuramoe Mekkah dalam menurunkan angka perokok aktif di kampus. Seperti yang dilansir media lokal minggu lalu tentang Peraturan Wali Kota Banda Aceh (Perwal) tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), di lingkungan kampus.
Ketiga kampus tersebut adalah Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha), Universitas Serambi Mekkah (USM) dan Politeknik Aceh. Saya rasa ini cara awal dalam pergerakan baru demi mencapai Aceh bersih dari polusi asap rokok. Setiap perubahan ke arah yang lebih baik, pasti akan selalu ada rintangan dan hambatan, namun jika kita berusaha, maka kita pasti bisa.
Tulisan ini juga dipublish di Atjehpost(online).
0 comments:
Post a Comment