KHAIRUL RIJAL DJAKFAR, Ketua Majelis Wali Mahasiswa Aceh di Taiwan, Asia University, Taichung.
TAIWAN pada awalnya adalah negara agraris yang bertransformasi menjadi negara industrialis di samping Jepang, Korea, dan Hong Kong (Cina) yang dikenal sebagai Empat Macan Asia. Berbeda dengan tiga negara lainnya yang didukung oleh konglomerasi, keberhasilan Taiwan justru ditopang dari sektor usaha kecil dan menengah, bahkan menjadi penyumbang terbesar perekonomian Taiwan.
Kelebihan yang lain, Taiwan unggul dalam riset dan inovasi produk. Walaupun Apple mendesain dan memasarkan, tapi IPhone dan IPad diproduksi oleh Taiwan melalui perusahaannya di Cina. Produk elektronik asli Taiwan seperti Asus, Acer, D-Link, dan lain-lain juga sudah terkenal di Indonesia. Inovasi produk menjadikan Taiwan unggul dalam produksi kemasan (packaging) dan menciptakan nilai tambah (value added), sehingga faktor konsumen membeli bukan lagi karena kebutuhan, tapi justru lantaran tertarik pada kemasannya.
Taiwan juga mengembangkan sektor pertanian dan perikanan dengan melakukan inovasi benih padi dan bibit ikan, sehingga mereka temukan jenis unggulan.
Tak heran jika para petani dan peternak ikan di Taiwan bisa panen berkali-kali dalam setahun dengan kualitas terbaik. Sektor jasa juga menjadi fokus pemerintah seperti sistem jaminan kesehatan, pariwisata, dan investasi. Dengan biaya murah perusahaan asing bisa membuka kantor perwakilan di Taiwan dan izin operasi selama dua tahun.
Selain itu, Taiwan adalah negara ke-5 dengan cadangan devisa terbesar di dunia dan peringkat 13 sebagai negara pemilik cadangan emas terbesar. Artinya, Taiwan memiliki modal besar dalam memajukan negaranya, termasuk berinvestasi di negara lain.
Saat ini, karena biaya ekonomi tinggi di Cina dan kekurangan tenaga kerja di Vietnam, maka banyak pengusaha Taiwan menjadikan Indonesia sebagai lahan investasi baru.
Dalam kaitan ini, mahasiswa Aceh yang tergabung dalam Ranup Lampuan (Ikatan Mahasiswa Aceh di Taiwan) dengan struktur kewalian dan saat ini hampir 100 orang yang studi di Taiwan, siap menjadi duta dan fasilitator Aceh dengan pihak Taiwan. Kami putra-putri Aceh di sini terdiri atas beragam disiplin ilmu serta aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan.
Sebagai langkah awal, kami sudah bentuk cluster-cluster yang memetakan potensi Taiwan yang bisa dikembangkan di Aceh dan sebaliknya, di samping juga terus menjalin komunikasi dengan pemangku kepentingan di Aceh.
Hasil diskusi tentatif per cluster menyimpulkan bahwa ada program pendidikan dari Pemerintah Taiwan melalui universitas setiap tahunnya yang sifatnya hibah ke negara lain. Syaratnya mudah. Tempat yang dituju cukup menyediakan tempat seperti sekolah atau kampus untuk terlaksananya program tersebut.
Di sisi lain, pemberdayaan dan pelayanan rumah sakit dan puskesmas yang ada di Aceh layak mencontoh model Taiwan yang sangat teratur dan murah melalui program kerja sama.
Selain itu, masyarakat Taiwan yang menyukai makanan laut (seafood) sampai saat ini terus mengimpor hasil laut yang jenisnya banyak terdapat di perairan Aceh.
Permintaan Taiwan terhadap komoditas dan hasil tambang masih terbilang tinggi dan cenderung meningkat.
Publikasi profil Aceh dan rencana aksi (action plan)/rencana bisnis (business plan) dengan memanfaatkan semua jenis media serta menjalin kerja sama dengan mahasiswa Aceh di luar negeri adalah salah satu jalan mempercepat penanaman modal asing di Aceh.
Kondisi Aceh sekarang yang damai adalah keadaan yang meniscayakan Aceh maju dalam mencapai kesejahteraan yang menyeluruh bagi rakyatnya. Potensi sumber daya alam, iklim yang relatif stabil, lokasi yang strategis, dan regulasi yang jelas membuat Aceh dilirik oleh banyak investor, terutama dari luar negeri.
Kesiapan Aceh dalam investasi menjadi modal penting, selain kondisi keamanan, ketersediaan infrastruktur yang paripurna seperti lahan, listrik, jalan, air bersih, pelabuhan, dan insentif pajak serta perizinan sebagai syarat utama.
Tulisan ini juga dipublish di Serambi Indonesia(online)
0 comments:
Post a Comment