Saturday, January 5, 2013

Hidup Serbamudah di Taiwan

OLEH KHAIRUL RIJAL DJAKFAR, Ketua Majelis Wali Mahasiswa Aceh di Taiwan, Taichung.

TAIWAN dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pelayanan publik terbaik di dunia. Pendekatan perencanaan strategis yang komprehensif oleh negara berhasil merekonsiliasi masalah dilematis antara industrialisasi, demografi, kultur demokrasi baru, dan budaya tradisional yang bermuara pada kesejahteraan rakyatnya. 

Luas Taiwan hanya 2/3 dari luas Aceh, tapi penduduknya lima kali lipat dari Aceh. Jalan dari utara ke selatan sudah menggunakan jalan bebas hambatan/tol, sehingga mempersingkat jarak tempuh dan bebas macet.

Taiwan juga tergolong sangat berhasil menjawab hal-hal paling yang dibutuhkan rakyatnya. Umpama, saat mereka sekolah, bisa memperoleh pembiayaan/beasiswa penuh. Saat mereka beraktivitas, tersedia prasarana dan sarana transportasi yang murah dan memadai. Saat mereka butuh pekerjaan, pemerintah bisa memfasilitasi dan memastikan nilai penghasilan yang layak. Selain itu, saat sakit rakyat bisa mendapat akses pelayanan kesehatan yang cepat dan prima. 

Di Taiwan, kalau kita sakit dan memiliki kartu asuransi kesehatan, maka di ruang gawat darurat rumah sakit, kita akan diperiksa oleh dokter umum. Setelah didiagnosis, dilanjutkan pemeriksaan oleh dokter spesialis. Kemudian direkomendasikan ke dokter spesialis ruangan jika kita memerlukan rawat inap. Setelah itu baru pasien diberi ruangan dan diserahkan kepada dokter spesialis yang menangani perawatan. 

Ada tiga dokter dengan spesialisasi yang sama saat memeriksa awal pasien. Ini untuk menghindari terjadinya kesalahan diagnosis. Dokter tersebut digaji tinggi oleh rumah sakit, sehingga tidak boleh mencari penghasilan tambahan. Ia wajib bertanggung jawab pada pekerjaannya. Selama di rumah sakit perawat secara rutin mengecek kondisi pasien, bahkan mencari dan memberikan obat sesuai dengan dosis yang tepat. Keluarga pasien tidak direpotkan dengan resep obat dari dokter dan harus mencari sendiri obat di apotek. Di Taiwan, semua pelayanan ini bisa didapatkan dengan biaya murah.

 Beasiswa
Selain kemudahan di bidang kesehatan, setiap pemerintah daerah atau perguruan tinggi di Taiwan memberikan beasiswa kepada mahasiswanya, namun tidak dilepas begitu saja. Penerima beasiswa dari pemerintah diikat dengan kontrak. Mahasiswa tersebut harus bekerja--baik tetap maupun sementara--untuk pemerintah saat menyelesaikan studi nantinya. Si penerima beasiswa dari universitas diwajibkan pula bekerja untuk kampus, misalnya, membersihkan sampah pada pagi dan sore hari atau membantu di bagian administrasi. Cara ini selain meringankan beban orang tua dalam pembiayaan, juga mendidik sang anak untuk disiplin dan bertanggung jawab. Manfaat lain bagi mahasiswa, bila mau sekolah sampai S3 dan menjadi dosen atau peneliti, maka dibebaskan dari wajib militer oleh negara.

 Transportasi
Hal lain yang mengesankan tentang Taiwan adalah transportasinya. Moda transportasi antardaerah atau kota di negeri ini sangat beragam dan banyak pilihan. Untuk transportasi darat tersedia taksi, bus, kereta api, dan kereta peluru (THSR/Taiwan High Speed Rail). 

Jarak antara Taipei dengan Kaohsiung yang hampir sama dengan jarak Banda Aceh ke Idi, Aceh Timur, bisa ditempuh dalam waktu 1 jam 36 menit saja bila menggunakan THSR. Ongkosnya sekitar Rp 450.000 untuk kelas ekonomi. Biaya konstruksi THSR ini $14,5 miliar dolar dengan prinsip: bangun, kelola, lalu serahkan dari swasta ke Pemerintah Taiwan. 

Untuk transportasi dalam kota, pilihan termurah adalah menggunakan bus dengan sistem kartu elektronik yang telah diisi nilai uangnya. Kemudian cukup digesekkan saja pada mesin pemindai yang ada dalam bus saat kita naik dan turun. Secara otomatis mesin akan memotong biaya dari kartu tersebut sesuai jarak yang kita tempuh. 

Khusus di tempat saya tinggal, Kota Taichung, pemerintah kotanya menggratiskan biaya sampai dengan jarak tempuh 8 kilometer. Hal ini sangat membantu kami yang ingin Jumatan ke Masjid Taichung yang waktu tempuhnya mencapai satu jam lebih dan harus berganti bus, namun tetap gratis, karena jarak setiap bus yang saya naiki tidak mencapai 8 kilometer. Itulah, antara lain, gambaran hidup serbamudah sekaligus daya tarik Taiwan.

Tulisan ini juga dipublish di Serambi Indonesia (online)

0 comments:

Post a Comment