Agus Putra A. Samad, Mahasiswa Program Doctoral di Department of Aquaculture, National Taiwan Ocean University (NTOU), Taiwan.
SEBAGAI negara maritim terbesar di Asia Tenggara dengan panjang garis pantai 95.181 Km, Indonesia memiliki peluang menjadi negara produsen unggulan di bidang perikanan. Berdasarkan data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), komoditas perikanan yang menjadi unggulan saat ini adalah udang, tuna dan rumput laut. Namun demikian, kiprah Indonesia dalam perdagangan internasional masih tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam.
Berdasarkan statistik 2008, Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dalam jumlah produksi perikanan setelah Cina dan Peru. Sedangkan sebagai negara eksportir, Indonesia hanya menduduki peringkat keempat di Asia sesudah Cina, Thailand, dan Vietnam.
Guna meningkatkan produksi, nilai investasi, dan nilai ekspor perikanan dengan tetap menjaga kestabilan kebutuhan dalam negeri, maka kita perlu melakukan berbagai upaya yang lebih komprehensif dan nyata di lapangan. Misalnya dengan memberikan perhatian khusus pada peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi; menerapkan peraturan penangkapan; menjaga ketersediaan sumberdaya ikan; menghidupkan usaha perikanan skala kecil; meningkatkan perdagangan internasional, dan menggalakkan usaha budidaya perikanan.
Bukan hal yang mustahil untuk Indonesia dapat menjadi kiblat dunia perikanan apabila ada kerjasama yang baik antara pemerintah dan pelaku usaha perikanan dalam mengimplementasikan hal-hal pokok tersebut.
Budidaya perikanan
Beberapa waktu lalu dalam International Symposium on Grouper Culture di Pingtung, Taiwan, sebuah presentasi berjudul: The Aquaculture status and Its Sustainability (Status budidaya perikanan dan daya dukungnya) menyebutkan bahwa masa depan perikanan dunia akan sangat tergantung pada produk budidaya perikanan.
Meningkatnya kebutuhan konsumsi ikan dunia yang tidak diikuti oleh peningkatan produksi ikan hasil tangkapan, menjadikan budidaya perikanan sebagai hal penting yang patut diperhatikan dalam usaha menanggulangi masalah kurangnya stok ikan secara global, termasuk juga di Indonesia.
Budidaya perikanan adalah suatu kegiatan memelihara, membiakkan dan membesarkan ikan dan hewan air lainnya dalam suatu lingkungan terkontrol dengan tujuan memperoleh keuntungan (kamus istilah perikanan, 2010). Budidaya perikanan merupakan bidang yang tidak boleh dipandang sebelah mata, karena terbukti mampu memberikan peluang usaha yang cukup besar bagi masyarakat yang ingin bergelut dalam bisnis ini.
Sebagai contoh, di Taiwan sejak diberlakukannya pembatasan jumlah kuota kapal penangkap ikan dalam kurun waktu 2005-2007, banyak nelayan penangkap ikan yang kemudian beralih usaha ke bidang budidaya perikanan. Dampaknya, Taiwan yang memiliki luas hanya 36.008 km2 (13.902,8 mil2) atau hampir separuh dari ukuran Provinsi Aceh, telah mampu menopang kebutuhan produk perikanan negara ini sebesar 25% dari kebutuhan total ikan melalui usaha budidaya.
Selain itu, Taiwan juga terkenal sebagai pusat penyedia benih ikan di Asia-Pasifik dan menjadi salah satu negara pengekspor benih ikan terbesar di Asia karena gencar mempromosikan teknologi budidayanya. Bahkan saat ini mereka telah mampu mengembangbiakkan 270 spesies hewan air melalui program budidaya perikanan tersebut.
Padahal jika ditelusuri lebih lanjut, Taiwan memiliki karakteristik wilayah yang kurang memadai untuk dilakukan budidaya perikanan, yaitu iklim yang ekstrem, minimnya ketersediaan sumber daya air, dan terbatasnya lahan budidaya yang tersedia. Namun sebaliknya, negara ini telah mampu menunjukkan eksistensinya dalam hal budidaya perikanan.
Lebih unggul
Jika melihat potensi Aceh yang memiliki luas wilayah 58.375.83 km2 (22.539 mil2) dengan panjang pantai sekitar 1.660 km dan luas perairan laut 295.370 km, maka Aceh lebih unggul daripada Taiwan dalam hal ketersediaan lahan. Pesisir pantai, danau, sungai, waduk, rawa dan kawasan mangrove dengan luas total 141.383,23 ha yang dimiliki Aceh merupakan potensi-potensi yang sulit dijumpai di Taiwan.
Selain itu, kesuburan perairan Aceh dan kestabilan iklim sepanjang tahun merupakan kelebihan komparatif yang menjadi rahmat tersendiri bagi pengembangan budidaya perikanan. Sebagai provinsi yang unggul dalam budidaya perikanan pada tahun 1980-an, sudah sepatutnya Aceh dapat menjadi contoh bagi pengembangan budidaya perikanan di Indonesia.
Beberapa daerah yang berpotensi besar hingga saat ini seperti: Simeulue (lobster dan kerapu), Bireuen dan Aceh Utara (udang dan kerapu), Aceh Tengah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara (spesies ikan air tawar) serta Aceh Timur, Langsa dan Tamiang yang memiliki hutan bakau sangat cocok digunakan sebagai lokasi budidaya spesies air payau seperti udang, kepiting dan bandeng.
Apabila kawasan-kawasan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, tentunya akan dapat meningkatkan produksi budidaya perikanan di Aceh. Tapi, apakah dengan kondisi alam yang lebih memadai di Aceh (dibandingkan Taiwan), kita akan mampu membangun budidaya perikanan setaraf dengan Taiwan? Jawabannya tentu akan berbeda-beda.
Penulis berpendapat bahwa walaupun pada awalnya terdapat hambatan bagi masyarakat dalam hal ketersediaan modal, proses pemasaran dan juga terjaminnya pelestarian lingkungan. Namun dengan kerja keras dan diimbangi SDM yang kompeten, diyakini bahwa budidaya perikanan di Aceh akan dapat mencapai masa kejayaannya kembali.
Ujung tombak
Oleh sebab itu, peran serta pemerintah dan pengusaha dalam hal ini perlu ditingkatkan. Juga, perlu adanya perhatian dan dorongan kepada para penyuluh perikanan sebagai ujung tombak penghubung kepada masyarakat, sehingga mereka termotivasi untuk terus bekerja maksimal dalam menyalurkan keterampilan dan pengetahuannya kepada para penggiat budidaya.
Penulis tidak bermaksud membanding-bandingkan kehebatan atau kekurangan suatu negara atau ingin memuji secara berlebihan keberhasilan negara lain, namun alangkah baiknya jika kita mau menyadarinya dan melihat kenyataan akan besarnya potensi yang Aceh miliki namun belum termanfaatkan secara optimal.
Oleh sebab itu, marilah bersama-sama kita membangun dunia perikanan Aceh, baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap yang dimulai dengan mempersiapkan mental usaha para penggiat perikanan, serta sumber daya manusia yang handal di bidang ini demi kemajuan perikanan Aceh pada masa yang akan datang.
Tulisan ini juga dimuat di Serambi Indonesia (Online).
0 comments:
Post a Comment