Sunday, July 1, 2012

Muhasabah Online Mahasiswa Aceh di Taiwan

OLEH KHAIRUL RIJAL, anggota Asia University Indonesian Student Association, Taichung-Taiwan.

GEMPA bumi dan tsunami yang terjadi tujuh tahun lalu telah membawa perubahan besar bagi Aceh. Di antaranya adalah lempangnya jalan menuju damai dan status Aceh diakui menjadi daerah otonomi khusus. Selain itu, manfaat yang dirasakan Aceh pascatsunami makin berlimpah uang, baik melalui dana otonomi khusus maupun dana lainnya.

Tak dapat dibantah, sangat pantas jika disebutkan bahwa beasiswa Aceh yang diperoleh para mahasiswa Aceh yang sedang/sudah studi di Taiwan adalah berkat pengorbanan nyawa ratusan ribu masyarakat Aceh, sehingga sudah selayaknya selaku mahasiswa kita bersyukur dan mendoakan mereka, serta nantinya kembali ke Aceh untuk membangun nanggroe sebagai bentuk pertanggungjawaban kita terhadap mereka yang telah meninggalkan kita. 

Demikian inti tausiyah Ustaz Dedi, mahasiswa Aceh di NTOU Taiwan. Pada hari Ahad (25/12/2011) pukul 20.00 PM waktu Taiwan, 40 orang lebih mahasiswa Aceh yang tersebar di sembilan kampus dari utara ke selatan Taiwan (NTOU-Keelung, NTUST-Taipei, NYUST-Yunlin, NUU-Miaoli, CHU-Hsinchu, YZU-Neili, AU-Taichung, NTNU-Tainan, dan NDHU-Hualien) menghadiri Muhasabah Online Gempa dan Tsunami Aceh via Skype. Acara ini juga diikuti Hendri di Banda Aceh dan Nawawi di Turki. 

Acara dimulai oleh moderator Kahlil (dari AU) yang memanggil semua peserta sekaligus membuka acara, dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci Alquran oleh Usuluddin (AU). Setelah tausiyah, acara dilanjutkan dengan berbagi kisah. Diawali oleh Kahlil yang saat itu sedang kuliah di Jakarta dan terlambat mengetahui peristiwa tsunami yang meluluh-lantakkan Aceh. Alhamdulillah, orang tuanya di Desa Limpok selamat, tapi beberapa saudaranya terkena musibah. 

Ustaz Dedi (dari NTOU) berkisah, pada hari tsunami itu ia berada di Punge Blang Cut Banda Aceh (belakang asrama polisi) yang dengan pertolongan Allah bisa selamat. Namun, penyesalannya teramat besar karena ada mendengar permintaan tolong seseorang, tapi terpaksa ia abaikan karena ia sendiri dalam kondisi sulit saat itu. 

Selanjutnya, Gunar (YZU) menceritakan bahwa pada hari Ahad itu ia baru selesai menonton serial Doraemon, kemudian terjadi gempa dahsyat disusul tsunami sehingga menimbulkan kepanikan luar biasa. Ia harus mengungsi dan akhirnya menderita ISPA saat air mulai surut dan debu mulai beterbangan. 

Terakhir Hendri yang saat itu berada di Darussalam Banda Aceh dan melihat warga berlarian dan bersedih karena kehilangan anggota keluarga. Hendri bahkan kesulitan mencari jalan pulang ke rumah keluarganya di Lamlagang, saking banyaknya sampah dan mayat.

Walau muhasabah ini melalui dunia maya, namun suasana haru tetap membuncah. Banyak peserta yang tak mampu bersuara untuk berbagi kisah, karena teringat akan orang-orang dicintai yang telah pergi dan bahkan tidak diketahui di mana jenazah dan kuburnya. 

Terbersit tekad dalam dada untuk melakukan yang terbaik bagi mereka yang telah mendahului kita dengan membangun Aceh yang lebih baik. Acara yang berlangsung 1,5 jam ini ditutup dengan kesimpulan dan doa. Beberapa poin penting yang saya catat adalah semua kita diimbau menarik hikmah dari musibah ini sebagai motivasi untuk terus belajar sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing yang insya Allah akan bermanfaat bagi Nanggroe. Kemudian, tetaplah menjalin silaturahmi dan bersatu atas nama Aceh melalui grup Aceh-Taiwan Ranup Lampuan dan sesekali melakukan pertemuan darat. 

Selain itu, terus kembangkan apa yang sudah diraih, yaitu prestasi akademik dengan menampilkan presentasi di even konferensi internasional dan terlibat aktif dalam penyusunan jurnal serta prestasi bidang sosial kebudayaan/kemasyarakatan. Mahasiswa Aceh harus menjadi yang terdepan dan menjadi juara dalam setiap penampilan dan perlombaan, seperti lomba tari saman dan kompetisi lainnya. 

Di samping itu, mahasiswa asal Aceh yang saat ini menjadi pemimpin dalam beberapa organisasi kemahasiswaan Indonesia di Taiwan, perlu ikut berkiprah membina para TKI melalui jalur pendidikan serta penyebaran syiar Islam di negeri atheis ini. 

Sebagai individu, lepas dari konflik dan sergapan tsunami, orang Aceh sangatlah luar biasa. Bagaimana jadinya jika kita semua bersatu? Pastilah Aceh akan lebih maju dan sejahtera.

Secara lengkap bisa disimak disini:


Tulisan ini juga dipublish di Serambi indonesia (online)

2 comments:

  1. MantRAb.. ^_^ here the audio :

    http://www.youtube.com/watch?v=lFoaXEK_Kqc&feature=youtu.be

    ReplyDelete