Ranup Lampuan

Aceh student Association in Taiwan

Likok Pulo

Memperknalkan marwah bangsa dan budaya adalah kewajiban bagi kami, walau jauh dari negeri "Indatu"

Halal Bihalal Idul Adha 2012

Kebersamaan di hari yanng mulia adalah kebahagian yang tak terkira hidup di negeri orang

Edventure

Merasakan apa yang belum pernah ada di negeri sendiri adalah cita-cita dari setiap individu

Taipei 101

"If you can dream it, you can do it" Bermimpilah setinggi-tingginya.

Saturday, May 18, 2013

Pemerintah Taipei Galakkan Bersepeda

OLEH MUHAMMAD RIEZA, mahasiswa S2 dan Riset Asisten di National Taiwan University of Science and Technology, Taipei-Taiwan

SEBAGAI ibu kota Taiwan dengan total penduduk sekitar 2,6 juta jiwa, Taipei menyediakan berbagai jenis kendaraan umum. Di antaranya mass rapid transit (MRT) dan bus. 

Tapi menariknya, sejak tahun 2008 Pemerintah melalui Departemen Transportasi Taipei menyelenggarakan sistem sewa (rental) sepeda dan mengajak masyarakat untuk menggunakan sepeda sebagai moda transportasi jarak dekat. 

Tujuan utama pemerintah menyediakan transportasi sepeda ini adalah untuk mengurangi polusi udara, menghindari kemacetan di kota, dan mendidik masyarakat untuk hidup sehat dengan menggunakan sepeda sebagai media olah raga.

Pemerintah Taipei bekerja sama dengan GIANT (salah satu  perusahaan sepeda ternama), telah memelopori program yang dikenal dengan “youbike”. Dengan komitmen yang baik pada tahun 2012 pemerintah telah membangun 162 stasiun dengan jumlah 5.359 sepeda. Jumlah yang tidak sedikit. Kebanyakan dari stasiun ini terletak di sekitar stasiun MRT dan kawasan-kawasan umum yang sering dikunjungi. 

Untuk memastikan ketersediaan sepeda di stasiun, kita bisa mengakses langsung aplikasi Fun Travel in Taipei di ponsel smartphone atau website resmi youbike. 

Desain sepeda cukup simpel dan sangat menarik. Selain itu, aksesori lainnya seperti keranjang, lampu, bel, dan kunci pengaman juga tersedia. Sebagai mahasiswa, saya sering menggunakan fasilitas sepeda youbike untuk bepergian jarak dekat seperti bepergian antarstasiun kereta api dan mengunjungi toko-toko di area kota. 

Gratis biaya untuk 30 menit pertama menjadi salah satu alasan mengapa saya dan teman-teman lainnya memilih untuk menggunakan youbike. Namun, potongan biaya sebesar 10 NTD (Rp 3.300)/30 menit dibebankan kepada yang menggunakan sepeda rental dengan waktu lebih dari 30 menit. 

Proses registrasi untuk menjadi anggota dapat dilakukan di mesin stasiun youbike ataupun laman resmi youbike dengan mendaftarkan kartu easycard. Easycard merupakan salah satu kartu yang digunakan untuk berbagai keperluan, seperti naik transportasi umum, berbelanja, parkir, dan beberapa fasilitas umum lainnya. Proses rental juga dapat menggunakan kartu kredit dan kartu ponsel.

Menurut amatan saya, Taipei sudah mampu mengajak masyarakat untuk membudayakan bersepeda di area perkotaan. Jalur khusus untuk pengendara sepeda juga disediakan oleh pemerintah guna mendukung program pengurangan kemacetan dan polusi udara. 

Berdasarkan data statistik, jumlah stasiun dan sepeda terus bertambah. Melalui teknologi infomasi yang terintegrasi, Taipei telah berhasil menghadirkan sistem penyewaan sepeda youbike yang sangat efisien dan ramah lingkungan. Melalui sistem ini, masyarakat terdidik agar berlaku jujur dengan mengembalikan lagi sepeda yang telah dipinjam ke tempat semula. 

Budaya bersepeda telah banyak diadopsi oleh negara-negara berkembang lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengampanyekan go green yang mengurangi polusi udara. Manfaat menggunakan sepeda juga bisa menjadi alternatif olah raga di tengah kesibukan dan rutinitas sehari-hari. 

Pelajaran yang saya petik dari adanya program youbike adalah dapat meningkatkan minat bersepeda dan mengajak masyarakat Taipei dan turis untuk menikmati nyamannya mengendarai sepeda di tengah padatnya kehidupan kota besar. 

Peluang yang sama juga bisa dimanfaatkan di Aceh, karena saya yakin masyarakat kita sangat suka bersepeda. Terlebih masyarakat Aceh dewasa ini telah begitu tertarik untuk bersepeda. Pemerintah kota punya andil besar untuk menghidupkan budaya bersepeda dengan memfasilitasi sistem peminjaman sepeda seperti yang dilakukan di Kota Taipei. Pada akhirnya kepadatan kota dapat dikurangi dan polusi udara semakin menurun. Semoga! 

Tulisan ini juga dipublish di Serambi Indonesia.

Thursday, May 2, 2013

Home Industry Taiwan yang Menginspirasi

OLEH MUHAMMAD ARIFAI, Peserta Bridging Phd Program Batch 2 Dikti, Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe, Taiwan.

MEMASUKI minggu kedua Bridging Master and Phd Program yang disponsori Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) RI, kami berkesempatan menghadiri Taiwan Exhibition, Souvenir, and Handycraft Industry Show di Taipei World Trade Center. Letaknya bersebelahan dengan Tower 101, gedung kedua tertinggi di dunia. 

Kegiatan itu berlangsung 25-28 April 2013. Diikuti lebih dari 200 pelaku industri souvenir dan handycraft (kerajinan tangan) level dunia. 

Ajang ini sangat menarik, karena tak hanya menampilkan berbagai hasil produk industri rumah tangga (home industry), tetapi juga mengusung konsep keterbukaan terhadap pasar internasional di Asia dan Eropa. 

Setelah diwajibkan mendaftar sebagai tamu internasional untuk survei produk, kami diperbolehkan memasuki ruangan. 

Geliat ekonomi rumah tangga langsung terasa ketika kami masuki arena eksibisi. Even ini secara langsung menggambarkan besarnya sumbangan industri rumah tangga terhadap pendapatan asli Taiwan. 

Sajian produk dengan harga terjangkau dan masih lebih murah dibandingkan dengan di Indonesia, sangat menggoda kami untuk berburu handycraft yang unik dan menarik. 

Hampir 80% produk yang ditampilkan merupakan hasil kerajinan home industry yang dikemas secara modern dan diproduksi secara higienis. Namun demikian, sebagai muslim kami juga sangat hati-hati khususnya terhadap produk makanan yang mengandung bahan olahan babi atau diistilahkan dengan pork, ham, lard, swine, chorizo, dan lainnya dalam produksi yang dipamerkan. Dengan memastikan kandungan produksi tersebut aman dari kandungan babi olahan, kami dapat dengan mudah mencoba produk yang disajikan.

Meski keberadaan Taiwan sebagai salah satu Provinsi Cina masih terus dipersengketakan, namun hal ini bagai tak menghalangi langkah negeri itu melanjutkan pembangunan ekonomi berbasis industri rumah tangga.

Peran serta asosiasi industri di Taiwan malah sangat kuat dalam mengorganisir keberlanjutan dan keberpihakan pemerintah di sektor industri rumah tangga serta tidak terpengaruh oleh situasi politik. Beberapa asosiasi ikut dalam kegiatan ini, seperti Taiwan Confectionery, Biscuit dan Food Industry, Taiwan Association of Stationery Industries, Taiwan Gift and House Ware Exporters Association, Taiwan Toy and Children’s Article Manufactures Association, serta Taiwan Bags Association. 

Sejarah panjang negeri Cina yang terkenal dengan berbagai macam produksi rumah tangga seperti benda yang terbuat dari kaca, kristal, keramik, logam, serta makanan olahan seperti bakpao, bakso, mi, dan lainnya mampu terus dipertahankan melalui transfer teknologi yang mendukung industri. Selain itu, peran universitas juga disinkronkan untuk mendukung teknologi sederhana yang bernilai guna. 

Kebetulan kami ditempatkan di Universitas Yuntech Science and Technology, universitas terkemuka dalam desain produk dan manajemen industri. Banyak industri yang telah bekerja sama dengan universitas ini dalam merancang kemasan dan transfer teknologi serta penguatan sistem manajemen industri, seperti industri sepeda, alat olah raga, dan medis. 

Begitu banyak pengalaman menarik yang terkait dengan industri rumah tangga yang kami dapatkan setelah saya, Alfian Putra, dan T Riyadh (semuanya dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe) bersilaturahmi dengan Pimpinan Kantor Dagang dan Ekonomi (KDEI) Taiwan. 

Dengan meningkatnya jumlah warga muslim di Taiwan tentunya membuka peluang kerja sama dengan asosiasi industri di Aceh, khususnya barter produk berlabel halal food, di samping peluang impor barang yang berharga murah dan berkualitas ke dalam negeri. 

Semoga informasi dan peluang ini mampu mendorong peranan asosiasi di Aceh seperti Kadin, Dekopinwil, Dekopinda, dan asosiasi lainnya dalam memperjuangkan kuantitas dan kualitas produksi industri rumah tangga di Aceh yang masih jauh tertinggal. 

Tulisan ini dipublish di Serambi Indonesia.

Mengunjungi Kediaman Presiden Chiang Kai-Shek di Shilin, Taiwan


Oleh AMNA AFGANURISFA, Master Student at Psikologi, Asia University, Taichung-Taiwan.


WINTER BREAK. inilah musim yang selalu dinanti-nantikan oleh mahasiswa-mahasiswa di Taiwan. Winter break adalah saatnya para mahasiswa melepaskan diri sejenak dari agenda kuliahnya.

Banyak kejutan-kejutan romantisme musim dingin, selain mekarnya bunga-bunga sakura, cheery bloom dan lainnya, sisi dingin dan salju memiliki arti tersendiri bagi penikmat musim dingin.

Di musim dingin ini saya mencoba untuk menyusuri sebuah tempat monumen bersejarah, yaitu kediaman sang presiden pertama Republic of China yang dikenal dengan sebutan Chiang Kai Sek Memorial Hall. Tempat ini mampu menarik jutaan wisatawan asing setiap tahun untuk mengunjunginya, rasa penasaran saya pun akhirnya terbalaskan pada musim dingin kali ini.
Memang benar adanya, kediaman presiden pertama Taiwan, merupakan sebuah tempat yang sangat elegan, kokoh dan sangat bersahaja. Hal ini terlihat dari bangunan-bangunannya yang terlihat begitu kaki menginjak tempat yang bernama Shilin Residence yang terletak di Fulin RoadNo. 60, Distrik Shilin, Kota Taipei, Taiwan.

Begitu kaki menyentuh halaman monumen ini, rasa takjub dalam diri saya, monumen yang kira-kira mencapai 300.000 meter persegi lebih ini, begitu bersih, luas, penuh dengan aneka bunga, dan dipenuhi dekorasi ala Belanda, China dan Eropa.

Memasuki bangunan Memorial Hall tidak dipungut biaya apapun dan untuk  mengelilingi seluruh lokasi dibutuhkan waktu sekitar satu sampai dua jam. Tergantung kepada minat pengunjung tentunya.
Untuk memasuki gedung ini, pengunjung punya tiga pilihan. Sisi depan gedung berada di Jalan Zhongshan South melalui sebuah gerbang Liberty Square menyusuri Democracy Boulevard yang diapit hamparan bunga berwarna merah. Tampak dua kolam berada di kedua sisi Democracy Boulevard yakni kolam Guanghua dan Yunhan.

Dari sisi ini, pengunjung dapat meniti sederet anak tangga untuk melihat dengan jelas patung perunggu Chiang Kai-Shek yang sedang duduk. Patung tersebut menggambarkan sikap ramah dan bershaja seorang pemimpin.

Nama besar seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya sangat terasa di Taiwan. Sebuah bangunan megah dengan arsitektur yang khas menjadi media penyambung kisah antar generasi tentang nama besar seorang pemimpin bangsa. Begitu masuk di gerbang depannya, di sebelah kiri terpajang mobil yang dulunya pernah dipakai oleh Presiden Chiang Kai-Shek.

Ternyata, di lokasi Memorial Hall ini tidak hanya memajang barang-barang peninggalan Chiang Kai Shek. Di lokasi ini, warga masyarakat dapat mengikuti program-program yang tidak kalah menarik, seperti kursus. Di tempat ini ada sekitar 200 program kursus antara lain Tai-ji, Qigong, dan Yoga untuk merepresentasikan kesehatan dan keberlangsungan masyarakat umum. Ada juga kelas kursus untuk menghargai peninggalan seni masa lalu yang diberikan untuk mengajak orang agar menghargai keindahan budayanya.

Selain itu, ada kursus yang terkait dengan bisnis yang dimaksudkan agar masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
Bangunan utama ruang memorial putih dengan empat sisi. Yang memiliki perpaduan dua warna yaitu biru dan putih dari bangunan, dan merah dari flowerbeds echo warna bendera Republik Cina. Dari depan gedung tersebut terlihat dengan jelas terdapat dua set tangga putih, masing-masing dengan 89 anak tangga, menurut cerita guide yang menjadi penerjemah 89 merupakan angka usia sang presiden.

Di ruang utama, terdapat patung presiden yang terbuat dari perunggu dan berukuran sangat besar. Uniknya patung ini dijaga ketat oleh pengawal khusus kepresidenan. Pengawalan ini terjadi satu jamsekali, terjadinya pergantian. Tim ini dilatih secara khusus untuk menjaga sang presiden tanpa ada sedikitpun yang bergerak atau bergeser, seolah-olah pengawal presidnen berubah jadi patung seketika.

Proses ini terjadi selama jam kerja, menjaga ruang utama selama jam terbuka (Cabang layanan mewakili perubahan secara berkala sesuai dengan jadwal berputar). Momen ini memiliki arti tersendiri bagi para pengunjung yang melihatnya. Proses penjaga itu sendiri layaknya upacara kenegaraan yang berlangsung khidmat dan tenang. Inilah yang mmbuat para pengunjuang rela berdiri dan melihat proses upacara berlangsung.

Tidak berhenti ketakjuban dari proses upacara tersebut. Area monumen yang sangat luas ini, selain dipenuhi oleh dekorasi yang sangat anggun dan kokoh, dari sisi feminimnya terdapat bunga-bunga cantik di sekitar halaman depan dan belakang monument.

Jika Anda adalah pecinta flora, di halaman sekeliling memorial hall, anda dapat menemukan beraneka ragam bunga dan tumbuhan yang indah.

Kemegahan gedung ini yang berdekorasikan ala Eropa, China dan Belanda ini, semakin membuktikan istimewa dan kokohnya monumen ini. Belum lagi dengan sesuatu yang di pamerkan didalamnya, mulai dari peninggalan harta, sejarah dan kisah karir sang presiden, juga dipenuhi dengan ruang perpustakaan dan museum yang mendokumentasikan kehidupan Chiang Kai-shek dan karir dan pameran yang berkaitan dengan sejarah Taiwan dan perkembangan selama masa kepemimpinan.

Tulisan ini dipublish di Atjehpost.

Festival lampion warnai semarak Imlek di Taiwan




















OLEH AMNA AFGANURISFA, Mahasiswa Magister Psikologi Asia University dan Asisten Dosen Psikologi pada FK Unsyiah, Taichung-Taiwan

Festival lampion di Taiwan“GONG XI FA CAI” ini kata-kata yang sangat familiar yang kita dengarkan dan kita baca ketika perayaan tahun baru Cina. Di setiap negara yang memiliki masyarakat Cina, pasti perayaan tahun baru Cina akan menghiasi setiap ibu kota di negara tersebut.

Sama halnya dengan yang saya alami sekarang. Taiwan, yang merupakan bagian dari Republik Cina ini, otomatis perayaan tahun baru Cina sangat kental terasa. Salah satunya ditandai dengan  hari libur lebih kurang selama 15 hari, ini merupakan hari libur terpanjang dalam budaya Cina.

Di musim dingin ini dengan cuaca yang masih jauh dari kata-kata “hangat”, meskipun demikian masyarakat Taiwan tetap semangat dan meriah dalam menyambut pergantian tahun baru tersebut. Meski sebelumnya mereka harus berlatih dalam cuaca sangat dingin. Semangat ratusan masayarakat Taiwan tidak melemah. Mereka melahap semua sesi latihan dengan semangat. Pekikan suara semangat tergambar jelas keluar dari lisan mereka. Salut!! Faktor cuaca yang ekstrim tidak menghentikan laju semangat mereka dalam merayakan tahun baru Chinese new year.

Tepat tanggal 10 februari 2013, malam pukul 20.00 waktu Taiwan, rakyat di seluruh Taiwan larut dalam perayaan tahun baru Cina. Letusan dan warna-warni kembang api menghiasi setiap sudut Negara Taiwan. Pesta kembang api yang meriah megah dan penuh kegembiraan itu akan menandai awal tahun baru yang lebih baik.

Kali ini adalah Imlek 2564 dan mulai hari ini memasuki Tahun Ular Air. Kebanyakan orang China menghabiskan Sabtu malam dengan memanggang daging, memasang kembang api dan bercengkerama dengan anggota keluarga. Sehingga tak ayal pemandangan “mudik” layaknya di Indonesia ketika menjelang perayaan lebaran pun terjadi, lonjakan penumpang terjadi di negara ini.

Mereka-mereka yang jauh dari keluarga akan mudik ke kampung halamannya. Sehingga tepat pada tanggal 9 Februari 2013 menjadi hari puncak kesibukan lalu lintas nasional Taiwan. Saat ratusan juta pekerja Cina membanjiri kereta, pesawat dan bus jarak jauh untuk pulang ke kampung halaman mereka. Sama halnya dengan pasar tradisonal juga ikut sepi dari aktivitas jual beli, hanya satu atau dua yang memilih untuk berjualan dan dapat diduga bahwa harga-harga barang melunjak dua kali dari harga biasanya. Tak ayal pemandangan ini mengingatkan saya pada tanah air, Indonesia.
Di sisi lainnya, Keceriaan Imlek tidak hanya membawa keceriaan bagi keluarga Cina tapi juga bagi setiap orang. Terutama bagi saya sendiri yang larut dalam keceriaan festival lampion. Festival lampion ini yang selalui menyertai perayaan Imlek. Festival lampion sering diadakan saat Imlek hingga Cap Go Meh.

Di negara Taiwan, perayaan Lantera Festival atau Festival Lampion selalu meriah. Aneka lampion raksasa aneka warna dipamerkan dan membuat suasana malam semakin cantik. Dalam kerumunan festival lampion yang meriah penuh dengan hiasan lampu dan berwarna–warni dan dipenuhi oleh aroma dupa, bunga, nyanyian, persembahan bunga, dan juga makanan ala tahun baru Cina.  

Taiwan juga memiliki beberapa festival rakyat lainnya yang bertepatan dengan dan merupakan bagian dari perayaan Tahun Baru Cina. Semua terbuka untuk umum dan gratis. Festival Lentera adalah cara yang paling populer untuk merayakan akhir Tahun Baru Cina, dari lentera berbentuk binatang, bunga, orang, dan benda-benda lain untuk lentera animasi yang menceritakan kisah-kisah tradisional dengan tema bakti dan tema tradisional lainnya, ada lentera untuk semua orang.

Setiap tahun, sebuah lentera raksasa yang menggambarkan tahun baru cina telah datang dengan gambar tergantung dari shio Cina. Tahun ini shio ular, yang menurut keprcayaan cina adalan tahun yang harus berhati-hati dalam bertindak dan bertingkah laku. 
Meriah megah, penuh dengan kerlipan lampu dan nyanyian-nyayian dalam festival tersebut. Walaupun hari itu malam semakin dingin, tak satu masyarakat pun yang keluar dari arena festival, seolah-olah mereka larut dalam perayaan tersebut.  Ini adalah puncak kunjungan saya ke Taiwan untuk melihat festival-festival lampion tahun baru Cina di negara yang mayoritasnya Cina. Saya berharap dapat kembali lagi di tahun baru Cina selanjutnya. Guo nian hao Taiwanesse.

Tulisan ini ddipublish di atjehpost.

Cerita dara Aceh menjadi tenaga magang kesehatan di Taiwan


OLEH AMNA AFGANURISFA, Mahasiswa Magister Psikologi Asia University dan Asisten Dosen Psikologi pada FK Unsyiah, Taichung-Taiwan

BEKERJA di rumah sakit? Belum pernah ada di benak saya, sejak saya kuliah dari bangku kuliah S1 hingga S2 saat ini. Namun, apa yang terjadi? Taiwan mampu membuat saya menjadi salah satu staff magang di RS bertaraf international di Taiwan.

Saya mahasiswa yang bergelut di dunia non medis, namun saya magang di lingkungan medis selain bergabung dalam project Indonesian medical services yang diadakan pertama kali di Taiwan, saya juga ditugaskan sebagai salah satu penerjemah bahasa Indonesia-Inggris di rumah sakit Jen Ai, Taiwan, untuk membantu para TKI yang kesulitan dalam berkonsulatasi dengan dokter di Rumah sakit.

Banyak hal yang saya dapatkan dari magang ini, selain sosial dengan banyak pasien, dengan staf dan juga dengan para dokter yang bekerja di RS yang dikenal dengan nama Rumah sakit Jen Ai, Taiwan.

Selama proses intership di Rumah Sakit Taiwan, saya belajar banyak hal tentang prosedur dan tata cara dalam berobat ke rumah sakit tersebut. Mulai dari cara registrasi, cara pembayaran dan cara pemeriksaan serta pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit ini.
Jika dibandingkan dengan Indonesia, pastinya Taiwan jauh lebih menang, selain alat yang digunakan rumah sakit ini memberikan pelayanagn terbaiknya utnuk semua pengunjung tak terkecuali para pelajar dan pekerja dari Indonesia, yang merupakan salah satu jobdesk yang  saya lakukan saat ini, yaitu jadi penerjemah para TKI yang berobat ke Jen Ai Hospital.

Di sela-sela kegiatan kampus, kegiatan ini saya tekuni demi menolong para TKI di Taiwan yang memiliki kendala di penggunaan bahasa Inggris dalam berkonsultasi dengan para dokter. Ini salah satu bentuk kecil dari saya untuk menolong sesama manusia, ini pikir saya sehingga membuat saya merasa nyaman dan betah ketika selama saya magang. Senyum dan tawa dari para pasien menjadi hal kecil yang membuat saya bahagia, selama bekerja jadi seorang tim magang satu-satunya yang berasal dari Indonesia.

Untuk pertama kalinya Taiwan membuka services international untuk semua bahasa. Jen Ai Hospital sudah berkiprah di program ini selama lebih kurang 10 tahun terakhir dan baru kali ini medical services bahasa Indonesia dibuka ke khalayak umum di RS Jen Ai Taichung. Rumah Sakit Jen-Ai menawarkan berbagai layanan yang dirancang bagi pasien dari latar  belakang etnis dan budaya yang beragam.

Taiwan membuka services international untuk semua bahasa di dunia, untuk bahasa Indonesia sendiri baru dirintis dua tahun belakangan ini. Di tahun kedua ini saya berkesempatan untuk menjadi bagian dari  proyek ini, yang diberi nama dengan “Indonesian medical services”.
Rumah Sakit Jen-Ai telah meluncurkan Indonesia Medical Service pertama di Taiwan, sebagai bagian dari proyek Internasional Pasien Center  (IPC) untuk mengakomodasi kebutuhan medis masyarakat  Indonesia  yang tinggal di  Taiwan, terutama di wilayah Taichung, wilayah bagian tengah Negara Taiwan. Rumah sakit ini yang beralamatkan di 483 Dong Rong Rd., Dali, Taichung.

Program ini didedikasikan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan dari pasien Indonesia yang menerima perawatan medis di Rumah Sakit Jen-Ai - Dali, dengan menawarkan berbagai layanan yang dirancang  untuk membuat pasien dari latar belakang etnis dan budaya yang beragam merasa diterima dan nyaman pada saat berobat di Rumah Sakit Jen-Ai Taichung.
Adapun direktur program dari proyek ini di pimpin langsung Mark K. Chan, M.B.A.  Sementara dokter yang terlibat dalam proyek ini adalah DR Fu,Yu-Chi yang berasal dari Surabaya, Indonesia. Yang telah bekerja selama lebih kurang 30 tahun di rumah sakit Jen Ai Dali, Taichung. Dr. Fu, bertugas di departement Ob/Gyn sebagai spesialist ahli kandungan.

Rasa kekeluargaan, keramahan dan gaya khas Indonesia masih melekat dalam diri Dr Fu, sebagai warga Indonesia yang baik yang berasal dari pulau Jawa, beliau tak segan-segan menyapa pasiennya yang juga berasal dari Jawa dengan menggunakan bahasa Jawa. Hal ini memperlihatkan tidak adanya gap antara dokter dan pasien pada saat pelayanan diberikan. 
Pengalaman dokter Fu bekerja sangat menginspirasi saya, banyak pengalaman dari kunjungan beliau, salah satunya ia pernah ditugaskan ke Aceh waktu tsunami 2004. Setiap tahun diutus untuk misi medis ke berbagai negara, seperti waktu gempa bumi 2005 di Khasmir - Pakistan, Yunnan & Shizhuan – China, Thailand, Irak, Ethiopia, Sudan Selatan, Tanzania, dll.  

Sosok beliau yang sangat ramah dan akrab tak ayal membuat pasien senang dengan pelayanannya yang sangat bersahabat. Meskipun dr. Fu adalah spesialis kandungan, namun tak ayal beliau tidak segan-segan membantu para pasien TKI atau pelajar yang membutuhkan konsultasi dengannya, beliau dengan senang hati menjelaskan lebih rinci dengan bahasa Indonesia dan sangat ramah dengan siapapun tanpa memandang dia seorang buruh, pekerja kantoran ataupun mahasiswa. Inilah sosok seorg dokter yang diharapkan yang akan banyak lahir di Indonesia kita, terutama di Aceh.

Rasa takjub lainnya, di rumah sakit ini, semua pengunjung diberlakukan sama. Tidak ada perbedaan status dan kasta. Ketika saya mendampingi salah satu pelajar Indonesia yang berobat di jam saya magang, ketika kami sedang mengantri, saya mendapati 3 orang dokter RS tersebut berada tepat di belakang saya, dalam barisan antrian. Sulit dipercaya, karena seorang dokter pun diberlakukan yang sama dengan pasien lainnya, memang budaya antri tidak pernah mati di Negara Formosa ini. Sulit dipercaya namun inilah kenyataannya.

Pernah kejadian yang membuat saya kaget, ketika jam makan siang, saya ditawari dokter untuk makan siang di luar bersama dengan teman lainnya, kami pergi dengan menggunakan mobil beliau, lagi-lagi di luar dugaan saya, seorang dokter tetap harus membayar parkir dan mencari tempat parkir utnuk mobilnya, tidak ada perlakuan khusus parkir dokter dan bebas biaya parkir, karena lagi-lagi status pasien, pengunjung dan dokter adalah sama di rumah sakit ini, yang membedakan hanya pekerjaan dan kondisi mereka saja sebagai pasien dan dokter.
Ingin rasanya Indonesia, memiliki sistem “perlakuan ramah” seperti ini, di mana antara pasien dan dokter tidak ada gap. Sungguh rumah sakit akan menjadi tempat yang senang dikunjungi pasien, bukan tempat yang dijauhi pasienya karena perbedaan perlakuan yang sangat berbeda-beda tiap rumah sakit. Entahlah, ini hanya sebuah impian dari saya, pengalaman seorang volunteer Indonesia medial services di Taiwan.

Menjadi dan bergabung dengan tim rumah sakit ini,  tentulah sangat membahagiakan bagi saya pribadi, banyak pelajaran tak terduga yang saya dapatkan dari ini, menggali pengalaman dari rumah sakit ini, bisa menjadi salah satu bekal yang layak saya bagikan ke Aceh tercinta suatu hari ini. Apabila saya kembali di percaya untuk jadi volunteer di rumah sakit Indonesia, terutama di negeri sendiri, Aceh.

Tulisan ini juga di publish di atjehpost.